Web Servise Hp dan Laptop
Aza Phone Cell

Rabu, 25 April 2012

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara dengan penduduk beragama islam terbesar tentu sangat banyak menyimpan sejarah tentang Islam, mulai dari proses masuknya pendidikan Islam dan perkembangan Islam itu sendiri. Pendidikan Islam merupakan satu tolok ukur pertama dari perkembangan Islam di suatu daerah atau suatu negara. Islam masuk di Indonesia sekitar abad ke-7 masehi dari Arab, Persia dan India. Jalur yang digunakan dalam masuknya Islam pertama di Indonesia meliputi perdagangan, dakwah, perkawinan, pendidikan dan kesenian. Pendidikan telah dimulai dari masa awal masuknya Islam sampai masa kerajaan-kerajaan Islam dan terus berlanjut hingga saat ini. Tiap-tiap daerah di Indonesia memiliki sejarah sendiri dalam proses dan berlangsungnya pendidikan Islam karena memiliki karakteristik sendiri-sendiri. 2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana keadaan seputar masuknya Islam di Indonesia? 2. Bagaimana pendidikan Islam pada masa permulaan di Indonesia? 3. Bagaimana pendidikan Islam pada masa kerajaan Islam di Sumatera? 4. Bagaimana masuknya Islam ke pulau Jawa? 5. Bagaimana pendidikan Islam pada masa Walisongo? 6. Bagaimana pendidikan Islam di pulau Kalimantan? 7. Bagaimana pendidikan Islam di Sulawesi? 8. Bagaiamana pendidikan Islam pada masa Mataram? BAB II PEMBAHASAN 1. Seputar Masuknya Islam di Indonesia Sejarah membuktikan bahwa islam telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7M dan berkembang luas pada abad ke-12 M, pereluasan ini ditandai dengan mulai munculnya kerajaan-kerajaan Islam pertama di Indonesia seperti Kerajaan Smamudra Pasai, Perlak, Aceh Darussalam pada tahun 1992 dan 1997. Melalui pusat-pusat perdagangan di Sumatra Utara Islam selanjutnya menmyebar Hhingga ke Pulau Jawa melalui Malaka.1 Beberapa teori tentang kurun pertama masuknya Islam di Indonesia adalah2 : 1. Teori India Berpendapat bahwa islam berasal dari India, tepatnya adalah Gujarad.Pelopor pendapat ini antara lain Pijnappel dari Universitas Leiden, Morquette dan Snoucch Hurgronje. Menurutnya abad ke-12 adalah abad yang paling mungkin dari permulaan penyebaran Islam di Nusantara. 2. Teori Arab bahwa Islam masuk Indonesia pada abad pertama hijriyah dan langsung dari Arab. yang berpendapat ini antara lain Crawford Nieman de Hollander dan Naquib Al Atas. 3. Islam Dari Benggal Teori ketiga adalah teori yang didukung oleh Fatimi yang mengatakan bahwa Islam datang dari Benggal. Hal ini didsarkan pada keterangan Tome Pires bahwa orang-orang Benggal atau keturunan mereka. Berikut ini beberapa pendapat tentang awal masuknya Islam ke Indonesia3 : 1. Pendapat Sayyid Naquid al-Attas Catatan yang paling tua mengenai kemungkinan sudah bermukimnya orang-orang muslim di kepulauan Indonesia adalah bersumber laporan Cina tentang pemukiman Arab di Sumatera Utara yang dikpepalai oleh seorang Arab pada tahun 55 H atau 672 M. 2. Benini Soerang sejarawan dalam Further India dan Indo Malay Archipelago, yang didukung penulis Harry W. Hazzard dalam “Atlas of Islamic History” menyatakan bahwa orang Islam yang pertama mengunjungi Indonesia amat boleh jadi adalah saudagar Arab dalam abad ke-7 Masehi yang singgah di Sumatera Utara ketika mengadakan perjalanan menuju Cina. 3. Jawad Pariduri Beliau berpendapat bahwa di Barus Tapanuli, didapatkan sebuah makam yang berangka tahun tha-mim yang berarti tahun 48 H atau 670 M, dengan demikian agama Islam telah masuk di Barus Tapanuli Sumatera Utara pada tahun 670 M. 4. Thomas W Arnold dalam bukunya The Preachig of Islam menyatakan bahwa pada abad ke-7 M di pantai barat Sumatera Utara sudah didapati suatu kelompok perkampungan orang-orang Arab. 5. Pada seminar masuknya Islam di Indonesia yang diselenggarakan di Medan pada tahun 1963 menyimpulkan sebagai berikut : 1. Menurut sumber bukti yang baru Islam pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi dibawa oleh pedagang dan muballigh dari Arab. 2. Daerah yang pertama kali dimasuki adalah pantai barat pulau Sumatera yaitu Barus, tempat kelahiran ulama besar yang bernama Hamzah Fransuri. 3. Dalam proses pengislaman selanjutanya orang-orang Islam di Indonesia ikut aktif mengambil bagian yang berperan dan proses itu berjalan secara damai. Dari beberapa pendapat tersebut cukup memberikan gambaran kepada kita bahwa kuat dugaan bahwa Islam benar-benar sudah masuk kepulauan Nusantara sekitar pada abad ke-2 H atau ke-7 M, minimal kita bisa meragukan pendapat bahwa Islam itu baru masuk ke Indonesia abad ke-12 atau 13 sebagaimana banyak ditulis oleh ahli sejarah non- muslim. 2. Pendidikan Islam Pada Masa Permulaan di Indonesia Sejak awal perkembangan Islam pendidikan menjadi prioritas utama masyarakat muslim Indonesia. Disamping karena bersarnya arti pendidikan, kepentingan Islamisasi mendorong umat Islam melaksanakan penagajaran Islam kendati dalam sistem yang sederhana, dimana pengajaran diberikan dengan sistem halaqah yang dilakukan di tempat-tempat ibadah semacam masjid, mushalla, bahkan juga di rumah-rumah ulama. Kebutuhan terhadap pendidikan mendorong masyarakat Islam di Indonesia menagadopsi dan mentransfer lembaga-lembaga keagamaan dan sosial yang sudah ada kedalam lembaga pendidikan Islam di Indonesia.4 Pada tahap awal pendidikan Islam di indonesia berlangsung secara informal. Kontak-kontak person antara mubaligh dan masyarakat sekitar yang tidak terancang dan terstruktural secara jelas dan tegas. Pergaulan keseharian yang di dalamnya mengandung unsur pendidikan, seperti keteladanan yang diberikan oleh para muballigh menampakkan ketertarikan masyarakat sekitar terhadap agama Islam5. Pendidikan awal Islam informal tidak ada jadwal waktu tertentu, tidak ada hari tertentu dan tidak ada tempat khusus sehingga hal ini tidak terprogram secara ketat. Hal ini yang memicu munculnya pendidikan formal. Pendidikan yang terencana, punya waktu, tempat dan materi tertentu. Dengan demikian ada beberapa lembaga pendidikan islam formal pertama yang muncul di Indonesia6 : 1. Masjid dan Langgar Sebagai implikasi dari terbentuknya masyarakat muslim di suatu tempat maka secara serta merta mereka membutuhkan Masjid dan Langgar tempat melaksankan ibadah. Fungsi masjid dan langgar tersebut diperluas selain sebagai tempat ibadah (shalat) juga tempat pendidikan. Di tempat terseburt dilaksanakan pendidikan untuk orang dewasa dan anak. Menurut Hasbullah pengajian Al Qur'an pada pendidikan Langgar dibedakan menjadi dua macam: • Tingkat Rendah, merupakan tingkat pemula. Yaitu mulai mengenal huruf Al Qur'an sampai bisa membacanya, diadakan pada tiap-tiap kampung dan anak-anak hanya belajar pada malam hari dan pagi hari setelah sholat subuh, • Tingkat atas, pelajarannya selain di tingkat pemula diatas, ditambah lagi dengan pelajaran lagu qasida, berjanzi, tajwid serta mengaji kita-kitab.7 2. Pesantren Belum ditemukan tahun yang pasti kapan pesantren pertama kali didirikan, banyak pendapat mengatakan bahwa pesantren muncul pada zaman Walisongo dan Maulana Malik Ibrahim dipandang sebagai orang yang pertama mendirikan pesantren. Di Jawa sebelum Islam masuk telah dikenal adanya lembaga pendidikan Jawa kuno yang diberi nama pawiyatan di tempat tersebut tinggal bersama Ki Ajar dan Cantrik. Ki Ajar yang mengajar dan cantrik murid yang diajar. Di Pawiyatan berlangsung pendidikan sepanjang hari dan malam. Sistem ini mirip dengan sistem pesantren. Jadi dengan demikian sistem pendidikan pesantren itu telah ada di Jawa sebelum datangnya Islam. Setelah Islam masuk maka sistem ini termasuk yang diislamkan. CC Berg berpendapat bahwa santri berasal dari istilah Shastri , yang dalam bahasa India, orang-orang yang tahu buku0buku suci Agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci Agama Hindu. Kata Shastri berasal dari Shastra yang berarti buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.8 3. Meunasah, rangkang dan dayah Secara Etimologi, meunasah berasal dari perkataan madrasah, tempat belajar atau sekolah. Sebagai pendidikan awal bagi anak-anak yang dapat disamamakan dengan tingkat Sekolah Dasar. Meunasah ini dipimpin atau diasuh oleh seorang Tengku Meunasah (Guru) yang bertugas untuk membina dan mengajarkan ilmu agama kepada para murid.9 Di setiap gampong (kampung) di Aceh ada mennasah sebagai tempat belajar bagi anak-anak. Pada dasarnya mennasah memiliki multi fungsi yaitu fungsi ibadah, sosial dan pendidikan. Rangkang adalah tempat tinggal murid yang dibangun di sekitar masjid karena murid perlu mondok dan tinggal, maka perlu dibangun tempat tinggal untuk mereka di sekitar masjid. Snoucch Hurgronje, mendeskripsikan Rangkang dalam bentuk rumah kediaman, tetapi lebih sederhana, memiliki satu lantai saja di kanan kiri gang pemisah (blok) masing-masing untuk 1-3 murid. Kadang-kadang rumah yang tidak dipakai lagi oleh orang saleh diwakafkan untuk siswa. rumah tersebut diserahkan kepada guru untuk dijadikan rengkang.10 Lembaga berikutnya adalah dayah. Dayah berasal dari bahasa Arab zawiyah merujuk pada sudut dari suatu bangunan dan sering dikaitkan dengan masjid. Di sudut Masjid itulah berlangsungnya proses pendidikan dalam bentuk halaqah atau juga zawiyah dikaitkan juga dengan tarekat sufi. Di mana Syeikh atau Mursyid melakukan pendidikan sufi. Hasjmy menjelaskan tentang dayah adalah sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan mata pelajaran agama yang bersumber dari Bahasa Arab, misalnya Tauhid, Fiqh, Tasawuf, Bahasa Arab dan lain-laqin. pendidikan setingkat SLTA.11 4. Surau Dalam Kamus Bahasa Indonesia, surau diartikan tempat (rumah) umat Islam melakukan Ibadah (sembahyang, mengaji dan lain-lain). Christin Pobbin memberi pengertian bahwa surau adalah rumah yang didiami para pemuda setelah aqil baligh terpisah dari rumah keluarganya yang menjadi tempat tinggal wanita dan anak-anak. Jadi surau adalah tempat aktifitas masyarakat sehari-hari dalam hal peribadatan, pendidikan dan sosial budaya. Intinya bahwa surau memiliki multifungsi bagi masyarakat dan sangat penting keberadaannya di masyarakat itu sendiri. Jadi jelas bahwa dalam pendidikan Islam di Indonesia juga terjadi akulturasi-akulturasi budaya, baik berupa istilah-istilah, ataupun budaya langsung. Karena memang sesuai sejarah Islam masuk ke Indonesia dalam keadaan telah memeluk agama (Hindu dan Budha) ataupun kepercayaan (Animisme dan Dinamisme) yang telah melekat kuat di masyarakat Indonesia. MAka tidak mungkin terjadi penghapusan secara ekstrim terhadap apa yang telah melekat di masyarakat itu, melainkan dengan cara mengadopsi dan akulturasi budaya dengan ajaran Islam, sehingga Islam bisa diterima dengan damai di Indonesia. Dapat dimengerti bahwa pendidikan islam dimasa awal di indonesia amat fleksibel dan mudah nerasu kedalam budaya masyaraakat denagan menggunakan fasilitas-fasilitas yang sederhana, namun ternyata Islam dapat diterima dan mampu berkembang secara dinamis di negeri Nusantara ini. Ini juga sebqagai bukti bahwa Islam menjadi Agama yang Universal (Rahmatan Lil 'Alamin), bisa diterima di berbagai tempat dalam suasana dan keadaan apapun 3. Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan Islam di Sumatera 1. Kerajaan Samudera Pasai Dari berbagai catatan sejarah, bahwa kerajaan islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan pada abad ke-10 M, dengan raja pertama adalah Al Malik Ibrahim bin Mahdum.(a) pengembara dari maroko Ibnu Batutah sempat singgah di Kerajaan Pasai pada masa pemerintahan Malik Az Zahir pada tahun 1345 M, Ibnu Batutah menuturkan bawa ia sangat mengagumi akan keadaan Kerajaan Pasai, dimana rajanya sangat Alim dan ilmu Agama, dengan menganut mazhab Syafi'im serta mempraktekan pola hidup yang sangat sederhana.12 Kedatangan Ibnu batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Samudera Pasai adalah sebagai berikut : a) materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah fiqh madzhab syafi’i; b) Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqah; c) Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama; d) biaya pendidikan berasal dari negara. Menurut Ibnu Batutah juga Pasai pada abad ke-14 M sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara Islam. Ibnu Batutah mengatakan bahwa Sultan Malik Zahir adalah orang yang cinta kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari jum’at tiba Sultan sembahyang di Masjid menggunakan pakaian ulama. Setelah sembahyang mengadakan diskusi dengan para alim pengetahuan agama antara lain Amir Abdullah dari Delhi dan Tajuddin dari Isfahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut majlis taklim atau halaqah. Sistem halaqah yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru. Guru duduk ditengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid menghadap guru13. 2. Kerajaan Perlak Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya bernama Sultan Alaudin (tahun1161 -1186 H / abad ke-12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang raja Pasai menikah dengan putri raja Perlak.14 Rajanya yang ke enam SUltan Mamdum Alauddin Muhammad, adalah seorang Ulama' yang mendirikan perguruan tinggi Islam, suatu lembaga majelis Taklim yang dihadiri khusus oleh para murid yang sudah Alim. Yang diajarkan adalah kitab-kitab yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya Al Um karya Imam Syafi'i.15 Kerajaan Islam perlak juga mempunyai pusat pendidikan Islam Dayah Cut Kala. Dayah disamakan dengan perguruan tinggi, materi yang diajarkan yaitu : bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat dengan Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Tengku Chik M. Amin pada akhir abad ke-3 H / abad ke-10 M. Inilah pusat pendidikan pertama. Rajanya Sultan Muhammad Alaudin Muhammad Amin (1245 – 1267) mendirikan perguruan tinggi islam yaitu Majlis Ta’lim. Lembaga tersebut juga mengajarkan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahun tinggi, misalnya Al-Umm karya Imam Syafi’i. 3. Kerajaan Aceh Darussalam Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamirkan pada tanggal 12 Dzulkaedah 916 H (1511 M), menyatakanag perang terhadap buta huruf dan buta ilmu. proklamasi Kerajaan Aceh Darussalam tersebut adalah hasil peleburan Kerajaan Islam Aceh dibelahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai, dibelahan Timur Putra Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi raja dengan nama Sultan Alauddin Ali Mughayat Syah (1507-1522).16 Jenjang pendidikan yang ada di kerajaan Aceh darussalam diawali pendidikan terendah mennasah(madrasah) yang berarti tempat belajar atau sekolah, terdapat disetiap gampong (kampung) dan mempunyai multi fungsi antara lain : a) sebagai tempat belajar Al-Qur’an; b) sebagai sekolah dasar dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab, ilmu agama dan bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam; c) sebagai fungsi untuk kehidupan sehari-hari seperti beribadah dan musyawarah. Selanjutnya sistem pendidikan di dayah (pesantren) seperti mennasah tetapi materi yang diajarkan adalah kitab nahwu, yang diartikan kitab yang dalam bahasa Arab, meskipun arti ilmu nahwu sendiri adalah tata bahasa (Arab). Pendidikan di Aceh Darussalam sangat diperhatikan, terdapat lembaga-lembaga negara yang khusus menaungi pendidikan dan ilmu pengetahuan yaitu : Tokoh ulama kerajaan Aceh Darussalam antara lain Hamzah Fansuri, Syamsuddin As-Sumatharani, Syeikh Nuruddin Ar-Raniri. Pada masa kejayaan Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) banyak didirikan Masjid untuk tempat ibadah, salah satunya Masjid Baiturrahamn yang juga dijadikan perguruan tinggi dan mempunyai 17 dars (fakultas). 1. Balai Sentra Hukama, merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama ahli pikir dan cerdik cendekiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan. 2. Balai Sentra Ulama, merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran. 3. Balai Himpunan Jama’ah Ulama, merupakan kelompok studi tempat para ulama dan sarjana berkumpul untuk bertukar pikiran membahas persoalan pendidikan dan ilmu pengetahuan.17. Jenjang pendidikan yang ada antara lain : 1. Meunasah (setingkat Sekolah Dasar): Mempelajari menulis dan membaca huruf Arab, Ilmu Agama, Bahasa Jawi/Melayu, Akhlak dan Sejarah Islam 2. Rangkang (setingkat Tsanawiyah): Mempelajari pelajaran Bahasa Arab, Ilmu Bumi, Sejarah, berhitung (Hisab), akhlak, fiqih dan lain-lain 3. Dayah (setingkat Madrasah Aliyah):Mempelajari tentang Fiqh (hukum Islam), Bahasa Arab, Tauhid, Tasawuf/Akhlak, Ilmu Bumi, Sejarah/Tata Negara, Ilmu pasti dan Faraid 4. Dayah Teuku Cik (setingkat Perguruan Tinggi): Mempelajari Fiqh, Tafsir, Hadits, tauhid (Ilmu Kalam), Akhlak (Tasawuf), Ilmu Bumi, Ilmu Bahasa dan Sastra Arab, Sejarah dan Tata Negara, Mantiq, Ilmu Falak dan Filsafat.18 4. Masuknya Islam Ke Pulau Jawa Islam pertama kali masuk di Jawa Abad ke-14 M (tahun 1399 M), dibawa oleh Maulana Mailik Ibrahim dengan keponakannya bernama Mahdum Ishaq, yang menetap di Gresik. Beliau adalah orang Arab yang pernah tinggal di Gujarad. Pada masa Majapahit, salah seotrang raja Sri Kertabumi mempunyai istri yang beragama Islam yakni Putri Cempa, memiliki putra bernama Raden Patah, yang selanjutnya menjadi raja pertama Kerajaan Demak. Munculnya Kerajaan Islam Demak disebabkan kelemahan dan kehancuran Majapahit setelah masa wafatnya patih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk.19 Sebagaimana di Sumatera maka agama Islam mulai tersebar di jawa dari pelabuhan dan bandar-bandar tempat perhubungan dagang antara Indonesia dengan Luar Negeri, misalnya Sunda Kelapa (Jakarta), Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Tuban, Jepara, Gresik, Surabaya dan lain-lain. Para pedagang Indonesia di tempat-tempat tersebut dan sekitarnya (tahun 1400 M) sudah mendengarkan dan mengetahui alakadarnya tentang didikan dan ajaran Islam. Pedagang-pedagang Jawa (Indonesia) yang pulang belajar antara Jawa dan Malaka (yang telah menjadi pusat perkembangan Islam) banyak juga yang telah memeluk ajaran Islam. Dengan demikian keluarga mereka di bandar-bandar tersebut memeluk agama baru pula. Pedagang-pedagang asingpun seperti pedagang Tionghoa banyak yang sudah memeluk agama Islam sehingga lambat laun perniagaan di pulau Jawa pindah ke tangan kaum muslimin. Bupati-bupati di pesisir dan orang bangsawan banyak pula yang beragama Islam. Biasanya jika para bupati dan bangsawan telah memeluk agama Islam maka mudah sekali agama itu meluas di kalangan rakyat. Dengan demikian banyaklah bandar-bandar berpenduduk kaum muslimin.20 5. Pendidikan Islam Pada Masa Wali Songo Kata wali berasal dari bahasa Arab ولي – والى artinya kekasih,- ولي والى artinya penguasa. Para wali songo ditinjau dari kepribadian dan dakwahnya termasuk kekasih Allah. Dan ditinjau dari tugas dan fungsinya dalam kerajaan Demak, mereka mendapat gelar Susuhunan (Sunan), yaitu sebagai penasihat dan pembantu raja. Dengan demikian maka sasaran pendidikan dan dakwah Islam meliputi rakyat umum dan kalangan pemerintah. Adapun Walisongo itu ialah : 1. Maulana Malik Ibrahim = Maulana Syeikh Maghribi 2. Sunan Ampel = Raden Rahmat 3. Sunan Bonang = Maulana Ibrahim 4. Sunan Derajad = Raden Qasim 5. Sunan Giri = Raden Ainulyaqin 6. Sunan Kudus = Raden Amin Haji = Ja’far Shadiq 7. Sunan Muria = Raden Prawoto = Raden Said 8. Sunan Kalijogo = Raden Syahid 9. Sunan Gunung Jati = Raden Abd. Qadir = Syarif Hidayatullah = Falatehan = Fatahillah Jika ditinjau lebih lanjut kata Wali Sanga tidak semata-mata Wali (Auliya') yang berjumlah sembilan. Namun wali sanga adalah suatu lembaga dakwah yang dilegalisasikan dibawah naungan kerajaan demak, atu juga anggota Dewan yang mengurus penyebaran islam di Jawa. Kata Sanga (Sembilan) itu sendiri memilioki berbagai pengertian. Seperti diketahui bahwa para wali berdakwah juga menggunakan Budaya, Kesenian dan lain-lain. Dan kata Sanga pun juga memiliki berrbagai implikasi dengan media yang digunakan oleh para wali tersebut. Jika ditinjau dari Walisanga sebagai dewan, maka ini dapat dimengerti wali yang sembilan tersebut adalah wali-wali pokok yang menjadi tokoh sentral dalam dewan tersebut, selain juga para murid-murid dari wali pokok tersebut dan wali sanga sendiri terdiri dari beberapa periode atau dekade, dan yang menjadi wali pokoknya jelas mengalami pergantian. Jadi Walisongo adalah orang-orang yang saleh yang tingkat taqwanya kepada Allah sangat tinggi, pejuang dakwah Islam dengan keahlian yang berbeda. Ada yang menonjol ilmu tasawufnya, ada seni budayanya, ada yang memegang pemerintahan dan militer secara langsung. Semuanya diabdikan untuk pendidikan dan dakwah Islam.21 6. Pendidikan Islam di Pulau Kalimantan Islam mulai masuk kalimantan mulai abad ke-15 M dengan cara damai, dibawa oleh muballigh dari Jawa. Sunan Bonang dan Sunan Giri mempunyai santri-santri dari Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Sunan Giri ketika berumur 23 tahun, pergi ke Kalimantan bersama saudagar kamboja bernama Abu Hurairah. Gubahan Sunan Giri bernama Kalam Muyang dan gubahan Sunan Bonang bernama Sumur Serumbung menjadi buah mulut di Kalimantan. Muballigh lain dari Jawa adalah Sayid Ngabdul Rahman alias Kahtib Daiyan dari Kediri. Perkembangan yang sangat menggembirakan pada tahun 1710 M (tepatnya 13 Shafar 1122 H) kerajaan Islam Banjar ke 7 dibawah pemerintahan Sultan Tahmillah (1700-1748) lahir seorang terkenal Syekh Mahmud Arsyad Al Banjari di desa Kalampayan Martapura. Sejak kecil diasuh Sultan Tahmillah, belajar agam sampai di Mekkah sekitar 20 tahun.22 Selain Syekh ahmad Aryad Al Banjari ada tokoh yang terkenal yakni Syekh Mahmud Nafis bin Idris Al Banjari yang mengarang sebah kitab tasawuf "Addarunnafis".23 Pada waktu kecil ia diasuh dan diangkat oleh Sultan Tahmilillah dan diirim untuk belajar ke Makkah dan Madinah selama 30 tahun. Ia wafat pada masa Sultan Sulaiman. Kawan-kawan seangkatanya adalah Abdul Rahman Masri Jakarta, Abdul Samad Palembang, Abdul Wahab Pangkejene, Sulawesi Selatan. Guru-guru di Makkah Syikh Attaillah, di Madinah Iman al-Haramain dan Syikh Sulaiman al-Kurdi al-Misri. Pada waktu akan pulang ke Indonesia ia belajar ilmu tasawuf kepada Syekh Abdul Karim Samman al-Madany. Sultan Tahmidillah mengangkat Syekh Arsyad sebagai mufti besar Kerajaan Banjar. Ia mendirikan pondok pesantren di kampung Dalam Pagar. Putranya bernama Syekh Syihabuddin juga keluaran Makkah dan pernah menjadi muballig kerajaan Riau. Dua orang cucunya juga menjadi ulama terkenal adalah Tuan Guru Muhammad As’ad dan Ustadh Fatimah yang mengarang kitab Perukunan dalam bahasan Melayu (dipelajari di hampir seluruh Indonesia). Sistem pengajaran Kitab di Pesantren Kalimantan sama dengan sistem pengajian kitab di pondok pesantren Jawa terutama cara-cara menterjemahkannya ke dalam bahasa daerah. Salah satu tokoh Islam yang masuk di kalimantan Barat adalah Syarif Abdurrahman Al-Kadri dari Hadramaut pada tahun 1735 M dan kawin dengan putra Dayak yang akhirnya mewarisi kerajaan di kalimantan Barat di Pontianak. Salah seorang pejuang Islam lain dari Kalimantan Selatan adalah Pangeran Antasari lahir pada tahun 1790 M – 1862 H cucu dari pangeran Amir, putera Sultan Tahmidillah I. Pangeran Antasari melawan belanda untuk membela agama Islam dan tanah air. Ia diberi gelar oleh rakyat sebagai Khalifah Amirul Mukminin.24 7. Pendidikan Islam di Sulawesi Agama Islam masuk Sulawesi mula-mula adalah dibagian Jazirah sebelah selatan. Daerah ini didiami oleh suku Makasar dan Bugis. Pada abad ke-16 berdiri di daerah itu Kerajaan Goa yang meliputi seluruh daerah-daerah kediaman suku Makasar. Kerajaan mula-mula yang berdasarkan Islam di Sulawesi adalah Goa dan Tallo pada tahun 1605, Rajanya bernama I Mailngkang Daeng Manyonri, masuk Islam berganti nama Sultan Abdullah Awwalul Islam. Setelah itu raja Gowa Sultan Aluddin masuk Islam. Dalam waktu dua tahun seluruh rakyatnya telah memeluk Islam. Mubaligh Islam yang berjasa adalah murid Sunan Giri yakni Abdul Qadir Khatib Tunggal bergelar Dati Ribandang, ia berasal dari Minangkabau dibantu oleh Dato Sulaiman alia Dato Pattimbang dan Dato Ri Tirto alias Kahtib Bungsu yang telah berjasa menyuburkan Islam di Sulawesi.25 Maka tersebutlah riwayat tiga orang anak Minangkabau yaitu Datuk Ribandang, Datuk Patimbang, Datuk Ri Tirto datang merantau ke daerah Makasar. Di antara yang ketiga itu yang paling besar jasanya ialah Datuk Ri Bandang. Datuk Ri Bandang itulah yang telah mengadakan perhubungan dengan Raja Goa, sehingga akhirnya Raja goa itu memeluk agama Islam (kurang lebih tahun 1600 M). Baginda peluk agma Islam dan dipakai nama Sultan Alaudin Anwamul Islam, bersama baginda wazir besarnya Karaeng Matopia turut pula memeluk Agama Islam kemudian diikuti oleh pembesar-pembesarnya dan rakyat umunya. Kemudian ketiga datuk itu terus juga menyiarkan agama Islam ke dalam kerajaan Bugis yang lain, ke Wojo, Sopeng, Sidenreng, Ternate dan lain-lain sehingga tersiarlah agama islam di daerah situ. Sampai sekarang ketiga nama Datuk itu masih menjadi ingatan yang mulia bagi orang Bugis dan Makasar. Setelah Raja goa memeluk agama Islam, maka dalam waktu yang tidak lama daerah selatan pulau Kaliamantan telah tunduk dan memeluk agama Islam. Tak lama kemudian Kerajaan Goa menaklukkan Bone (1606 M), Bima (1616, 1618 dan 1626), Sumbawa (1618, 1626), Buton (1626). Dengan takluknya daerah-daerah tersebut maka agama Islam ikut dibelakangnya tersebar di seluruh daerah itu. Dengan demikin dapat disimpulkan bahwa agama Islam mula-mula datang di Sulawesi Selatan kemudian kerajaan Goa menyempurnakan penyebarannya sehingga sampai ke Nusa Tenggara. Sekarang keadaan agama Islam di Sulawesi sebagai berikut : Di Sulawesi Utara terdapat penduduk beragama Islam kecuali di daerah Minahasa yang hanya terdapat di sana kurang lebih 25.000 orang Islam. Di Pulau Sulawesi selatan boleh dikatakan seluruh penduduknya beragama Islam. Sedangkan di Sulawesi Tenggara di diami oleh orang-orang yang memiliki bermacam-macam kepercayaan, seperti Agama Nasrani, Agama Islam dan kepercayaan daerah.26 Di antara ulama besar kelahiran Sulawesi sendiri ialah Syekh Maulana Yusuf yang belajar ke Makkah pada tahun 1644 M. Ia pulang ke Indonesia dan menetap di Banten. Banyak santrinya yang datang dari Makasar, kemudian karena memberontak dibuang oleh Belanda ke Sri Langka dan wafat di Afrika Selatan. Jenazahnya dipulangkan ke Makasar dan dikubur di sana. Ia mengarang kitab tasawuf dalam bahasa Arab, Bugis, Melayu dan Jawa.27 8. Pendidikan Islam Pada Masa Mataram Perpindahan kekuasaan dari Demak ke Pajang (1568 M) tidak menyebabkan perubahan yang berarti tentang sistem pendidikan dan pengajaran Islam. Setelah pusat kerajaan Islam berpindah dari Pajang ke Mataram (1586 M) maka tampak beberapa macam perubahan, terutama pada zaman Sultan Agung (1613 M). Sesudah mempersatukan Jawa Timur dengan Mataram serta daerah-daerah yang lain maka Sultan Agung sejak tahun 1630 mencurahkan tenaganya untuk membangun negara, seperti mempergiat perdagangan dan persawahan serta memajukan perdagangan dengan luar negeri. Pada zaman beliau telah maju dan memuncak kebudayaan, kesenian dan kesusastraan. Atas kebijaksanaan Sultan Agung kebudayaan lama yang berdasarkan Indonesia asli dan Hindu dapat disesuaikan dengan agama dan kebudayaan Islam, yaitu : 1. Gerebeg disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan Maulid Nabi. Sejak saat itu terkenal dengan gerebeg poso dan gerebeg maulud. 2. Gamelan sekaten yang haanya dibunyikan pada gerebeg mulud atas kehendak Sultan Agung di pukul di halaman Masjid besar. 3. Karena hitungan tahun caka (Hindu) yang dipakai di Indonesia (Jawa) berdasarkan perhitungan matahari berbeda dengan tahun hijriyah yang berdasarkan pada perjalanan bulan, maka pada tahun 1633 M atas perintah Sultan Agung tahun caka yang telah berangka 1555 caka, tidak lagi ditambah dengan hitungan matahari, melainkan dengan hitungan perjalanan bulan sesuai dengan tahun hijriyah. Tahun yang beru dususun tersebut dinamakan tahun jawa dan sampai sekarang tetap digunakan.28 Pada zaman pemerintahan Sultan Agung, kehidupan keagamaan mengalami kemajuan pesat, upaya-upaya Sultan Agung menunjukkan agama cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari usaha memakmurkan masjid, yaitu denagan cara mendirikan Masjid Raya (Masjid Agung) di setiap kabupaten yang dikepalai oleh seorang Penghulu, pada setiap ibu kota Distrik ada sebuah Masjid Kawedanan, dikepalai Seorang Naib, dan juga di setiap Desa dibangun Masjid Desa yang dikepalai oleh seorang Modin. Peagawai pengulu 40 orang itu dibagi atas 4 golongan : 1. Juru tulis dan bendahara 2. Ketib (Khatib) 3. Modin (Muazzin) 4. Merbot (garim di Minangkabau) Pekerjaan khatib ialah khutbah jum’at dim Masjid serta keluar ke tempat-tempat yang dipandang perlu mengadakan khutbah (tabligh) dan memberi nasihat keagamaan yang dibantu oleh Modin. Dalam Pendidikan Islam masa Sultan Agung, membagi pesantren menjadi berapa tingkatan, yakni: 1. Tingkatan pengajian Al-Qur'an, tingkatan ini terdapat di setiap desa yang diajarkan adalah huruf hijaiyah, membaca Al-Qur'an, Berzanji, rukun iman, dan rukun Islam. 2. Tingkat pengajian kitab, santri yang mengaji pada tingkatan ini adalah yang telah Khatam Al-Qur'an. Twempatnya biasanya di serambi masjid da mereka umumnya mondok. Guru yang mengajar diberi gelar Kiai Anom. Kitab-kitab mula-mula yang dipelajari adalah 6 kitab dengan 6 Bismillahirrahmanirrahim, kemudian matan Taqrib dan Bidayatul Hidayah. 3. Tingkatan pesantren besar, diadakan di daerah Kabupaten sebagai lanjutan dari desa. Kitab yang dipelajari adalah kitab-kitab besar berbahasa arab yang diterjemahkan kedalam bahsa daerah. Cabang-cabang ilmu yang diajarkan adalah fiqh, tafsir, hadis, ilmu kalam tasawuf dan lain-lain. 4. Pondok pesantren tingkat keahlian (Takhassus). Ilmu yang dipelajari pada tingkat ini adalah salah satu cabang ilmu secara mendalam. Tingkat ini adalah tingkat spesialis.29 KESIMPULAN Dari beberapa teori dan pendapat mengenai kapan masuknya Islam pertama di Indonesia, kuat kemungkinan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 M. Daerah pertama penyebaran agama Islam adalah sepanjang pesisir bagian utara dan barat pulau Sumatera. Pendidikan Islam diawal permulaan di Indonesia berupa pendidikan informal. Kontak-kontak person antara muballigh dan masyarakat dengan sistem halaqah. Sedangkan pendidikan formal pertama di Indonesia yang ada antara lain : Masjid dan langgar, pesantren, mennasah, dayah, rangkang dan surau. Pendidikan Islam pada masa kerajaan di Sumatera meliputi : 1. Kerajaan Samudera Pasai Pada masa ini (abad ke-14 M) sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara, bentuk pendidikan dengan cara diskusi yang disebut dengan Majlis Taklim / halaqah. 2. Kerajaan Perlak Sebagai kerajaan Islam kedua di Indonesia setelah Samudera Pasai pendidikan pada masa ini juga mendapat prioritas, terbukti dengan adanya pusat pendidikan Islam Dayah Cut Kola sama dengan perguruan tinggi. 3. Kerajaan Aceh Darussalam Pendidikan sangat diperhatikan dengan adanya lembaga khusus agama yang menangani masalah pendidikan dan ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh Islam yang ada pada masa kerajaan Aceh Darussalam seperti : Hamzah Fansuri, Syamsuddin As-Sumatharani, Syeikh Nuruddin Ar-Raniri. Di pulau Jawa Islam masuk sekitar abad ke-14 dibawa oleh pedagang-pedagang Islam yang singgah di jawa. Tempat-tempat persinggahan mereka adalah antara lain : Sunda Kelapa (Jakarta), Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Tuban, Jepara, Gresik, Surabaya dan lain-lain. Walisongo sebagai penyebar Islam di pulau Jawa yang sukses dengan adanya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam menguntungkan Islam berkembang di Jawa. Adapun Walisongo adalah satu nama dewan yang terdiri atas sembilan wali sebagai pemuka agama adalah Maulana Malik Ibrahim / Maulana Syekh Maghribi, Sunan Ampel / Raden Rahmat, Sunan Bonang / Maulana Ibrahim, Sunan Derajad / Raden Qasim, Sunan Giri / Raden Ainulyaqin, Sunan Kudus / Raden Amin Haji / Ja’far Shadiq, Sunan Muria / Raden Prawoto / Raden Said, Sunan Kalijogo / Raden Syahid, Sunan Gunung Jati / Raden Abd. Qadir / Syarif Hidayatullah / Falatehan / Fatahillah. Islam masuk di Kalimntan sekitar abad ke- 15 M, dengan cara damai di bawa oleh muballigh-muballigh dari Jawa pada tahun 1710, di Kalimantan terdapat seorang ulama besar yaitu Sayid Ngabdul Rahman alias Kahtib Daiyan dari Kediri. Di mulai dari jazirah Selatan Kalimantan, Islam masuk ke daerah Sulawesi yang didiami suku Makasar dan Bugis. Pada abad ke-16 masehi. Berdiri kerajaan Goa, kerajaan inilah yang menyebarkan Islam lebih luas di Sulawesi. Pendidikan Islam masa Mataram dimulai dari perpindahan kekuasaan dari Demak ke Pajang (sekitar tahun 1586). Susunan pendidikan pada masa mataram sebagai berikut : Pengajian Qur’an (sebagai tingkat rendah),Pesantren (pengajian kitab), desa (tingkat menengah),Pesantren besar (sebagai tingkat lanjut),Pesantren keahlian (takhasus) dan perguruan thariqat (tingkat tinggi). DAFTAR PUSTAKA Asegaf, Abdurrahman.Pendidikan Islam Di Indonesia.Yogyakarta:Suka Press,2007. Asrohah, Hanun. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Logos, 1999. Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia.JakartaKencana.2007. ----------. Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara. Jakarta : Rineka Cipta, 2009. Fahmi, Asma Hasan. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan-Bintang, 1979. Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996. http://forum.dudung.net/index.php/topic.5369.0/prev_next_new Yunus, Muhammad. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : Mutiara, 1979. Yunus, Muhammad. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : Mahmud Yunus. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.Jakarta:Hidakarya Agung,1996 Mustafa, A dan Abdullah Aly. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (SPII).Bandung:Pustaka Setia,1998. Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986. ----------. Sejarah Pendidikan Islam. Ditbinpertais, 2000. footnote: 1. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), 17. 2. Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara (Jakarta : Rineka Cipta, 2009),10-11 3.Hasbullah, Sejarah Pendidikan, 4-5. 4. Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Logos, 1999), 144 5. Daulay,Dinamika Pendidikan, 12. 6. Daulay, Dinamika Pendidikan, 12-15. 7. Hasbullah, Sejarah Pendidikan,22-23. 8. Haidar Putra Daulay.Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia (JakartaKencana.2007), 61. 9. Daulay. Sejarah Pertumbuhan,23-24. 10. Daulay, Sejarah Pertumbuhan,24. 11Daulay,Dinamika Pendidikan,14-15. 12Hasbullah, Sejarah Pendidikan,53-54. 13 Juni 14, 2007 (http://forum.dudung.net/index.php/topic,5369.0.html),diakses tanggal 30 Nopember 2009 14 A Mustafa dan Abdullah Aly.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (SPII).(Bandung:Pustaka Setia,1998),54. 15 Mustafa.Sejarah Pendidikan Islam,54. 16 Mustafa.Sejarah Pendidikan Islam,55. 17 Ibid,56. 18 Hasbullah Sejarah Pendidikan,32. 19 Mustafa.Sejarah Pendidikan Islam ,57. 20 Muhammad Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta:Hidakarya Agung,1996),216 21 Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986), 137-141 22 Mustafa.Sejarah Pendidikan Islam,38. 23 Ibid,39. 24 Ibid, 142-144 25 Ibid,64-65. 26 Yunus, Sejarah Pendidikan, 322-323. 27 Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan, 144. 28 Yunus.Sejarah Pendidikan Islam ,221-222.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar