Web Servise Hp dan Laptop
Aza Phone Cell

Kamis, 26 April 2012

Makalah Sejarah pendidikan Islam ( peradaban Islam )

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagi daerah di daratan Asia Tenggara. Pedagang-pedagang muslim asli Arab,Persia,dan India juga ada yang sampai kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 Masehi, ketika Islam pertama kali masuk ke Indonesia yang di bawa oleh pedagang. Menurut J.C.Van Leur, berdasarkan berbagai cerita perjalanan-perjalanan dapat diperkirakan bahwa sejak tahun 674 Masehi ada koloni-koloni Arab di Barat Laut Sumatera , yaitu di Barus, daerah penghasil Kapur Barus terkenal. Sampai akhirnya agama islam menyebar melalui berbagai fase. Yakni singgahnya pedagang-pedagang-pedagang Islam di pelabuhan Nusantara,adanya komunitas-komunitas Islam di berbagai daerah kepulauan Indonesia. Serta berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seperti samudera pasai dan sriwijaya. Masuknya Islam kedaerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang besamaan, di samping itu, keadaan itu,keadaan sosial politik budaya daerah ketika di datangi Islam juga berlainan pada abad ke-7 sampai ke -10 M. kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaanya ke daerah semenanjung malaka sampai Kedah. Hal itu erat dengan memang hanya untuk usaha pelayaran dan perdagangan, keterlibatan orang-orang Islam dalam bidang politik hanya untuk berdakwa untuk menyebarluaskan Islam ke Indonesia. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Proses masuknya Islam di Indonesia serta sosio cultural masyarakat ? 2. Bagaimana Islam masa permulaan di Indonesia ? 3. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada kerajaan Islam di Sumatera ? 4. Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada kerajaan islam di jawa ? 5. Metode pendidikan Islam wali songo ? 6. Pendidikan Islam pada kerajaan Indonesia bagian timur. C. Tujuan Di dalam makalah ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui Bagaimana Proses masuknya Islam di Indonesia serta sosio cultural masyarakat ! 2. Untuk mengetahui Bagaimana Islam masa permulaan di Indonesia ! 3. Untuk mengetahui Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada kerajaan Islam di Sumatera ! 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengtahuan kita terhadap Islam di Indonesia pada zaman dahulu ! 5. Untuk mengetahui Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam pada kerajaan islam di jawa ! 6. Untuk mengetahui metode yang di gunkan pendidikan wali songo dalam menyebarluaskan Islam di Indonesia ! BAB II PEMBAHASAN A. Bagaimana Proses masuknya Islam di Indonesia serta sosio cultural masyarakat. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagi daerah di daratan Asia Tenggara. Pedagang-pedagang muslim asli Arab,Persia,dan India juga ada yang sampai kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 Masehi, ketika Islam pertama kali masuk ke Indonesia yang di bawa oleh pedagang serta proses masuknya islam di Indonesia yaitu berbagai fase yang terjadi di antaranya adalah : 1. Singgahnya pedagang-pedagang-pedagang Islam di pelabuhan Nusantara. 2. Adanya komunitas-komunitas Islam di berbagai daerah kepulauan Indonesia. 3. Serta berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia Dari berbagai fase ini lah islam mulai ada di Indonesia Kedatangan islam dan penyebaranya kepada golongan bangsawan ddan rakyat umunya, dilakukan secara damai. Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalami kekacauan dankelemahan disebabkan oleh perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana. Maka Islam di jadikan alat politik bagi gologan bangsawan yakni dengan jalan Islamisasi ( masuknya Islam ) melalui saluaran-saluran. Menurut Uka Tjandrasasmita saluarn-saluran islmaisasi tersebut yaitu : 1. Saluran perdagangan : pada taraf permulaan, masuknya islam melalui jalur perdagangan. Kesibukan lalu lintas para pedagang paada abad ke-7 hingga ke -16 M. Membuat pedagang-pedagang muslim ( Arab,Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri negeri bagian barat,tenggara dan timur benua asia yakni termasuk di dalamnya Indonesia 2. Saluran perkawinan : dari sudut perkawinan, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik di bandingkan kebanyakan penduduk pribumi. Sehingga penduduk pribumi. Terutama putrid-putri bangsawan tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Dan sebelum mereka kawin. Mereka penduduk pribumi di islamkan dulu. Setelah mereka mempunyai keturunan lingkungan mereka semakin luas. Akhirnya timbul kampong-kampung, daerah daerah dan kerajaan-kerajaan Muslim dalam perkembangan berikutnya ada juga waita muslim kawin dengan kaum bangsawan sehingga Islam cepat menyebar. 3. Saluran tasawuf Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal ilmu agama ( magis) dan mempunyai kekuatan menyembuhkan penyakit. Diantara tasawuf ada juga yang mengawini puri-putri bangsawan yang beragama hindu islam yang di ajarkan kepada. Bentuk islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka.diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di aceh. 4. Saluran pendidikan Masuknya islam juga dilakukan dengan jalur pendidikan baik, pesantren,maupun pondok yang di selenggarakan oleh guru-guru agama kiai-kiai dan ulama-ulama. Dipesantren atau dipondok itu calon ulama dan guru agama dan kiai mendapatkan pendidikan agama setelah keluar dari pesantren,mereka pulang kekampungmasing-masing dan mengajarkanya dan berdakwa di tengah masyarakat mengajarkan islam.minsalnya pessantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di ampel Denta Surabaya dan Sunan Giri di Giri.keluaran pesantern sunan giri banyak yang di undang ke Maluku untuk mengajarkan agama islam 5. Saluran kesenian Dalam peradabanya islam juga bekembang melalui jalur kesenian dan kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, sunan kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah minta upah pertunjukan. Tetapi ia meminta penonton untu mengikutinya mengucapkan syahadat. Sebagian besar cerita wayang dipetik di dalam kisah Mahabrata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita disispkan ajaran Islam dan nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga di jaadikan alat islamisasi seperti sastra ( hikayat, babad, dan sebagainya ) seni bangunan dan seni ukir. 6. Saluran politik Di maluku dan Sulawesi selatan kebanyakan rakyat masuk islam setelah rajanya masuk islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat sangat membantu tersebarnya islam I Indonesia bagia timur, demi kepentingan politik, kerajaan islam memerangi kerajaan Non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan untuk memeluk islam. Terutama masyarakatnya. B. Bagaimana Islam masa permulaan di Indonesia Sejak awal perkembangan Islam pendidikan menjadi prioritas utama masyarakat muslim Indonesia. Disamping karena bersarnya arti pendidikan, kepentingan Islamisasi mendorong umat Islam melaksanakan penagajaran Islam kendati dalam sistem yang sederhana, dimana pengajaran diberikan dengan sistem halaqah yang dilakukan di tempat-tempat ibadah semacam masjid, mushalla, bahkan juga di rumah-rumah ulama. Kebutuhan terhadap pendidikan mendorong masyarakat Islam di Indonesia menagadopsi dan mentransfer lembaga-lembaga keagamaan dan sosial yang sudah ada kedalam lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Pada tahap awal pendidikan Islam di indonesia berlangsung secara informal. Kontak-kontak person antara mubaligh dan masyarakat sekitar yang tidak terancang dan terstruktural secara jelas dan tegas. Pergaulan keseharian yang di dalamnya mengandung unsur pendidikan, seperti keteladanan yang diberikan oleh para muballigh menampakkan ketertarikan masyarakat sekitar terhadap agama Islam. Pendidikan awal Islam informal tidak ada jadwal waktu tertentu, tidak ada hari tertentu dan tidak ada tempat khusus sehingga hal ini tidak terprogram secara ketat. Hal ini yang memicu munculnya pendidikan formal. Pendidikan yang terencana, punya waktu, tempat dan materi tertentu. Dengan demikian ada beberapa lembaga pendidikan islam formal pertama yang muncul di Indonesia: 1. Masjid dan Langgar Sebagai implikasi dari terbentuknya masyarakat muslim di suatu tempat maka secara serta merta mereka membutuhkan Masjid dan Langgar tempat melaksankan ibadah. Fungsi masjid dan langgar tersebut diperluas selain sebagai tempat ibadah (shalat) juga tempat pendidikan. Di tempat terseburt dilaksanakan pendidikan untuk orang dewasa dan anak. Menurut Hasbullah pengajian Al Qur'an pada pendidikan Langgar dibedakan menjadi dua macam: • Tingkat Rendah, merupakan tingkat pemula. Yaitu mulai mengenal huruf Al Qur'an sampai bisa membacanya, diadakan pada tiap-tiap kampung dan anak-anak hanya belajar pada malam hari dan pagi hari setelah sholat subuh, • Tingkat atas, pelajarannya selain di tingkat pemula diatas, ditambah lagi dengan pelajaran lagu qasida, berjanzi, tajwid serta mengaji kita-kitab. 2. Pesantren Belum ditemukan tahun yang pasti kapan pesantren pertama kali didirikan, banyak pendapat mengatakan bahwa pesantren muncul pada zaman Walisongo dan Maulana Malik Ibrahim dipandang sebagai orang yang pertama mendirikan pesantren. Di Jawa sebelum Islam masuk telah dikenal adanya lembaga pendidikan Jawa kuno yang diberi nama pawiyatan di tempat tersebut tinggal bersama Ki Ajar dan Cantrik. Ki Ajar yang mengajar dan cantrik murid yang diajar. Di Pawiyatan berlangsung pendidikan sepanjang hari dan malam. Sistem ini mirip dengan sistem pesantren. Jadi dengan demikian sistem pendidikan pesantren itu telah ada di Jawa sebelum datangnya Islam. Setelah Islam masuk maka sistem ini termasuk yang diislamkan. CC Berg berpendapat bahwa santri berasal dari istilah Shastri , yang dalam bahasa India, orang-orang yang tahu buku0buku suci Agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci Agama Hindu. Kata Shastri berasal dari Shastra yang berarti buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. 3. Meunasah, rangkang dan dayah Secara Etimologi, meunasah berasal dari perkataan madrasah, tempat belajar atau sekolah. Sebagai pendidikan awal bagi anak-anak yang dapat disamamakan dengan tingkat Sekolah Dasar. Meunasah ini dipimpin atau diasuh oleh seorang Tengku Meunasah (Guru) yang bertugas untuk membina dan mengajarkan ilmu agama kepada para murid. Di setiap gampong (kampung) di Aceh ada mennasah sebagai tempat belajar bagi anak-anak. Pada dasarnya mennasah memiliki multi fungsi yaitu fungsi ibadah, sosial dan pendidikan. Rangkang adalah tempat tinggal murid yang dibangun di sekitar masjid karena murid perlu mondok dan tinggal, maka perlu dibangun tempat tinggal untuk mereka di sekitar masjid. Snoucch Hurgronje, mendeskripsikan Rangkang dalam bentuk rumah kediaman, tetapi lebih sederhana, memiliki satu lantai saja di kanan kiri gang pemisah (blok) masing-masing untuk 1-3 murid. Kadang-kadang rumah yang tidak dipakai lagi oleh orang saleh diwakafkan untuk siswa. rumah tersebut diserahkan kepada guru untuk dijadikan rengkang. Lembaga berikutnya adalah dayah. Dayah berasal dari bahasa Arab zawiyah merujuk pada sudut dari suatu bangunan dan sering dikaitkan dengan masjid. Di sudut Masjid itulah berlangsungnya proses pendidikan dalam bentuk halaqah atau juga zawiyah dikaitkan juga dengan tarekat sufi. Di mana Syeikh atau Mursyid melakukan pendidikan sufi. Hasjmy menjelaskan tentang dayah adalah sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan mata pelajaran agama yang bersumber dari Bahasa Arab, misalnya Tauhid, Fiqh, Tasawuf, Bahasa Arab dan lain-laqin. pendidikan setingkat SLTA. 4. Surau Dalam Kamus Bahasa Indonesia, surau diartikan tempat (rumah) umat Islam melakukan Ibadah (sembahyang, mengaji dan lain-lain). Christin Pobbin memberi pengertian bahwa surau adalah rumah yang didiami para pemuda setelah aqil baligh terpisah dari rumah keluarganya yang menjadi tempat tinggal wanita dan anak-anak. Jadi surau adalah tempat aktifitas masyarakat sehari-hari dalam hal peribadatan, pendidikan dan sosial budaya. Intinya bahwa surau memiliki multifungsi bagi masyarakat dan sangat penting keberadaannya di masyarakat itu sendiri. Jadi jelas bahwa dalam pendidikan Islam di Indonesia juga terjadi akulturasi-akulturasi budaya, baik berupa istilah-istilah, ataupun budaya langsung. Karena memang sesuai sejarah Islam masuk ke Indonesia dalam keadaan telah memeluk agama (Hindu dan Budha) ataupun kepercayaan (Animisme dan Dinamisme) yang telah melekat kuat di masyarakat Indonesia. Maka tidak mungkin terjadi penghapusan secara ekstrim terhadap apa yang telah melekat di masyarakat itu, melainkan dengan cara mengadopsi dan akulturasi budaya dengan ajaran Islam, sehingga Islam bisa diterima dengan damai di Indonesia. Dapat dimengerti bahwa pendidikan islam dimasa awal di indonesia amat fleksibel dan mudah nerasu kedalam budaya masyaraakat denagan menggunakan fasilitas-fasilitas yang sederhana, namun ternyata Islam dapat diterima dan mampu berkembang secara dinamis di negeri Nusantara ini. Ini juga sebqagai bukti bahwa Islam menjadi Agama yang Universal (Rahmatan Lil 'Alamin), bisa diterima di berbagai tempat dalam suasana dan keadaan apapun. C. Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan Islam di Sumatera a. Kerajaan Samudera Pasai Dari berbagai catatan sejarah, bahwa kerajaan islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan pada abad ke-10 M, dengan raja pertama adalah Al Malik Ibrahim bin Mahdum.(a) pengembara dari maroko Ibnu Batutah sempat singgah di Kerajaan Pasai pada masa pemerintahan Malik Az Zahir pada tahun 1345 M, Ibnu Batutah menuturkan bawa ia sangat mengagumi akan keadaan Kerajaan Pasai, dimana rajanya sangat Alim dan ilmu Agama, dengan menganut mazhab Syafi'im serta mempraktekan pola hidup yang sangat sederhana. Kedatangan Ibnu batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Samudera Pasai adalah sebagai berikut : a) materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah fiqh madzhab syafi’i; b) Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqah; c) Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama; d) Biaya pendidikan berasal dari negara. Menurut Ibnu Batutah juga Pasai pada abad ke-14 M sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara Islam. Ibnu Batutah mengatakan bahwa Sultan Malik Zahir adalah orang yang cinta kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari jum’at tiba Sultan sembahyang di Masjid menggunakan pakaian ulama. Setelah sembahyang mengadakan diskusi dengan para alim pengetahuan agama antara lain Amir Abdullah dari Delhi dan Tajuddin dari Isfahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut majlis taklim atau halaqah. Sistem halaqah yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru. Guru duduk ditengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid menghadap guru 2. Kerajaan Perlak Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya bernama Sultan Alaudin (tahun1161 -1186 H / abad ke-12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang raja Pasai menikah dengan putri raja Perlak. Rajanya yang ke enam Sultan Mamdum Alauddin Muhammad, adalah seorang Ulama' yang mendirikan perguruan tinggi Islam, suatu lembaga majelis Taklim yang dihadiri khusus oleh para murid yang sudah Alim. Yang diajarkan adalah kitab-kitab yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya Al Um karya Imam Syafi'i. Kerajaan Islam perlak juga mempunyai pusat pendidikan Islam Dayah Cut Kala. Dayah disamakan dengan perguruan tinggi, materi yang diajarkan yaitu : bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat dengan Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Tengku Chik M. Amin pada akhir abad ke-3 H / abad ke-10 M. Inilah pusat pendidikan pertama. Rajanya Sultan Muhammad Alaudin Muhammad Amin (1245 – 1267) mendirikan perguruan tinggi islam yaitu Majlis Ta’lim. Lembaga tersebut juga mengajarkan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahun tinggi, misalnya Al-Umm karya Imam Syafi’i. 3. Kerajaan Aceh Darussalam Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamirkan pada tanggal 12 Dzulkaedah 916 H (1511 M), menyatakanag perang terhadap buta huruf dan buta ilmu. proklamasi Kerajaan Aceh Darussalam tersebut adalah hasil peleburan Kerajaan Islam Aceh dibelahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai, dibelahan Timur Putra Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi raja dengan nama Sultan Alauddin Ali Mughayat Syah (1507-1522). Jenjang pendidikan yang ada di kerajaan Aceh darussalam diawali pendidikan terendah mennasah(madrasah) yang berarti tempat belajar atau sekolah, terdapat disetiap gampong (kampung) dan mempunyai multi fungsi antara lain : a) sebagai tempat belajar Al-Qur’an; b) sebagai sekolah dasar dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab, ilmu agama dan bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam; c) sebagai fungsi untuk kehidupan sehari-hari seperti beribadah dan musyawarah. Selanjutnya sistem pendidikan di dayah (pesantren) seperti mennasah tetapi materi yang diajarkan adalah kitab nahwu, yang diartikan kitab yang dalam bahasa Arab, meskipun arti ilmu nahwu sendiri adalah tata bahasa (Arab). Pendidikan di Aceh Darussalam sangat diperhatikan, terdapat lembaga-lembaga negara yang khusus menaungi pendidikan dan ilmu pengetahuan yaitu : Tokoh ulama kerajaan Aceh Darussalam antara lain Hamzah Fansuri, Syamsuddin As-Sumatharani, Syeikh Nuruddin Ar-Raniri. Pada masa kejayaan Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) banyak didirikan Masjid untuk tempat ibadah, salah satunya Masjid Baiturrahamn yang juga dijadikan perguruan tinggi dan mempunyai 17 dars (fakultas). 1. Balai Sentra Hukama, merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama ahli pikir dan cerdik cendekiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan. 2. Balai Sentra Ulama, merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran. 3. Balai Himpunan Jama’ah Ulama, merupakan kelompok studi tempat para ulama dan sarjana berkumpul untuk bertukar pikiran membahas persoalan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Jenjang pendidikan yang ada antara lain : 1. Meunasah (setingkat Sekolah Dasar): Mempelajari menulis dan membaca huruf Arab, Ilmu Agama, Bahasa Jawi/Melayu, Akhlak dan Sejarah Islam 2. Rangkang (setingkat Tsanawiyah): Mempelajari pelajaran Bahasa Arab, Ilmu Bumi, Sejarah, berhitung (Hisab), akhlak, fiqih dan lain-lain 3. Dayah (setingkat Madrasah Aliyah):Mempelajari tentang Fiqh (hukum Islam), Bahasa Arab, Tauhid, Tasawuf/Akhlak, Ilmu Bumi, Sejarah/Tata Negara, Ilmu pasti dan Faraid 4. Dayah Teuku Cik (setingkat Perguruan Tinggi): Mempelajari Fiqh, Tafsir, Hadits, tauhid (Ilmu Kalam), Akhlak (Tasawuf), Ilmu Bumi, Ilmu Bahasa dan Sastra Arab, Sejarah dan Tata Negara, Mantiq, Ilmu Falak dan Filsafat. D. Masuknya Islam Ke Pulau Jawa Islam pertama kali masuk di Jawa Abad ke-14 M (tahun 1399 M), dibawa oleh Maulana Mailik Ibrahim dengan keponakannya bernama Mahdum Ishaq, yang menetap di Gresik. Beliau adalah orang Arab yang pernah tinggal di Gujarad. Pada masa Majapahit, salah seotrang raja Sri Kertabumi mempunyai istri yang beragama Islam yakni Putri Cempa, memiliki putra bernama Raden Patah, yang selanjutnya menjadi raja pertama Kerajaan Demak. Munculnya Kerajaan Islam Demak disebabkan kelemahan dan kehancuran Majapahit setelah masa wafatnya patih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk. Sebagaimana di Sumatera maka agama Islam mulai tersebar di jawa dari pelabuhan dan bandar-bandar tempat perhubungan dagang antara Indonesia dengan Luar Negeri, misalnya Sunda Kelapa (Jakarta), Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Tuban, Jepara, Gresik, Surabaya dan lain-lain. Para pedagang Indonesia di tempat-tempat tersebut dan sekitarnya (tahun 1400 M) sudah mendengarkan dan mengetahui alakadarnya tentang didikan dan ajaran Islam. Pedagang-pedagang Jawa (Indonesia) yang pulang belajar antara Jawa dan Malaka (yang telah menjadi pusat perkembangan Islam) banyak juga yang telah memeluk ajaran Islam. Dengan demikian keluarga mereka di bandar-bandar tersebut memeluk agama baru pula. Pedagang-pedagang asingpun seperti pedagang Tionghoa banyak yang sudah memeluk agama Islam sehingga lambat laun perniagaan di pulau Jawa pindah ke tangan kaum muslimin. Bupati-bupati di pesisir dan orang bangsawan banyak pula yang beragama Islam. Biasanya jika para bupati dan bangsawan telah memeluk agama Islam maka mudah sekali agama itu meluas di kalangan rakyat. Dengan demikian banyaklah bandar-bandar berpenduduk kaum muslimin. E. Metode pendidikan Islam wali songo. Kata wali berasal dari bahasa Arab ولي – والى artinya kekasih,- ولي والى artinya penguasa. Para wali songo ditinjau dari kepribadian dan dakwahnya termasuk kekasih Allah. Dan ditinjau dari tugas dan fungsinya dalam kerajaan Demak, mereka mendapat gelar Susuhunan (Sunan), yaitu sebagai penasihat dan pembantu raja. Dengan demikian maka sasaran pendidikan dan dakwah Islam meliputi rakyat umum dan kalangan pemerintah. Adapun Walisongo itu ialah : 1. Maulana Malik Ibrahim = Maulana Syeikh Maghribi 2. Sunan Ampel = Raden Rahmat 3. Sunan Bonang = Maulana Ibrahim 4. Sunan Derajad = Raden Qasim 5. Sunan Giri = Raden Ainulyaqin 6. Sunan Kudus = Raden Amin Haji = Ja’far Shadiq 7. Sunan Muria = Raden Prawoto = Raden Said 8. Sunan Kalijogo = Raden Syahid 9. Sunan Gunung Jati = Raden Abd. Qadir = Syarif Hidayatullah = Falatehan = Fatahillah Jika ditinjau lebih lanjut kata Wali Sanga tidak semata-mata Wali (Auliya') yang berjumlah sembilan. Namun wali sanga adalah suatu lembaga dakwah yang dilegalisasikan dibawah naungan kerajaan demak, atu juga anggota Dewan yang mengurus penyebaran islam di Jawa. Kata Sanga (Sembilan) itu sendiri memilioki berbagai pengertian. Seperti diketahui bahwa para wali berdakwah juga menggunakan Budaya, Kesenian dan lain-lain. Dan kata Sanga pun juga memiliki berrbagai implikasi dengan media yang digunakan oleh para wali tersebut. Jika ditinjau dari Walisanga sebagai dewan, maka ini dapat dimengerti wali yang sembilan tersebut adalah wali-wali pokok yang menjadi tokoh sentral dalam dewan tersebut, selain juga para murid-murid dari wali pokok tersebut dan wali sanga sendiri terdiri dari beberapa periode atau dekade, dan yang menjadi wali pokoknya jelas mengalami pergantian. Jadi Walisongo adalah orang-orang yang saleh yang tingkat taqwanya kepada Allah sangat tinggi, pejuang dakwah Islam dengan keahlian yang berbeda. Ada yang menonjol ilmu tasawufnya, ada seni budayanya, ada yang memegang pemerintahan dan militer secara langsung. Semuanya diabdikan untuk pendidikan dan dakwah Islam. F. Pendidikan Islam pada kerajaan Indonesia bagian timur. 1. Pendidikan Kerajaan Islam di Maluku. Masuknya Islam ke Maluku dibawa oleh mubaligh dari Jawa, sejak zaman Sunan Giri dari Malaka (kurang lebih tahun 1475). Raja Maluku yang pertama masuk Islam adalah Sultan Ternate, yang bernama Marhum pada tahun 1465 – 1486 M atas pengaruh Maulana Husein, saudagar dari Jawa. Di Maluku ada raja yang terkenal dalam bidang pendidikan dan dakwah Islamnya, yaitu Sultan Zainal Abidin (1486 – 1500 M). Pendidikan Islam di Maluku Pelaksanaan pendidikan di Maluku ketika itu telah maju dibanding dengan daerah-daerah lainnya karena telah didirikan Madrasah di Ambon yang termasyhur ketika itu adalah Madrasah Mahasinul Akhlak, yang telah banyak mengeluarkan para pemuda Islam yang terjun langsung ke masyarakat sebagai guru dan pemimpin agama. 2. Kerajaan Islam di Kalimantan Islam masuk ke Kalimantan pada abad ke-15 M dengan cara damai yang dibawa oleh mubalig dari Jawa. Sunan Bonang dan Sunan Giri mempunyai para santri di Kalimantan Sulawesi, dan Maluku. Gubahan Sunan Giri bernama Kalam Muyang, sedangkan gubahan Sunan Bonang bernama Sumur Serumbung Sejarah Pendidikan Islam di Kalimantan Pada tahun 1716 M di Kalimantan terdapat ulama besar bernama Syekh Arsyad al-Banjari dari Desa Kalampayan yang terkenal sebagai pendidik dan mubaligh besar. Di Kalimantan terdapat madrasah-madrasah yang mengajarkan agama serta pelajaran umum. Madrasah-madrasah itu diantaranya adalah sebagai berikut. a. Pesantren/Madrasah di Kalimantan Barat (Pontianak) Madrasah yang tertua disini ialah Madrasatun Najah Wal Fatah di Sei bakai Besar Mempawah, yang didirikan tahun 1918 M. b. Sekolah Menengah Islam Pertama di Banjarmasin, Sekolah ini didirikan tangal 15 Oktober 1946 di Banjarmasin (Kalimantan Selatan). c. Madrasah Normal Islam Amuntai (1928 M), Madrasah ini didirikan pada tahun 1928 oleh H. Abdur Rasyid, tamatan Al-Azhar Mesir dengan nama Arabische School. 3. Sejarah Islam di Sulawesi Kerajaan Islam di Sulawesi Kerajaan Islam pertama adalah Kerajaan Kembar Gowa – Tallo tahn 1605 M. Rajanya bernama I. Mallingkaang Daeng Manyonri yang kemudian berganti nama dengan Sultan Abdullah Awwaul Islam. Menyusul di belakangnya, Raja Gowa benrama Sultan Aluddin. Dalam waktu dua tahun, seluruh rakyatnya telah memeluk Islam. Mubalig Islam yang berjasa ialah Abdul Qodir Khatib Tunggal yang bergelar Dato Ri Bandang berasal dari Minangkabau, murid Sunan Giri. Seorang Portugis bernama Pinto pada tahun 1544 M menyatakan telah mengunjungi Sulawesi dan berjumpa dengan pedagang-pedagang (mubalig) Islam dari Malaka dan Patani (Thailand).Sejarah Pendidikan Islam di Sulawesi Ajaran Islam di Sulawesi sejak dahulu berkembang pesat. Pesantren banyak berdiri dan berkembang dengan pesat pula. Perkembangan itu mulai pesat sejak adanya alim ulama Bugis yang datang dari tanah suci Mekah, yang bermukim di sana beberapa tahun lamanya. Madrasah-madrasah di Sulawesi, diantaranya adalah berikut ini : a. Madrasah Amiriah Islamiah di Bone (Sulawesi Selatan tahun 1933),Madrasah Amiriah Islamiah mempunyai tiga bagian : Bagian Ibtidaiyah, lama pelajarannya tiga tahun (dari kelas I-III). Murid yang diterima adalah anak-anak tamatan SR 4/5 tahun b. Bagian Tsanawiyah, lama pelajarannya tiga tahun. Murid yang diterima adalah tamatan ibtidaiyah c. Bagian Mu’allimin, lama pelajarannya dua tahun (dari kelas I-II). Murid yang diterima adalah tamatan tsanawiyah dengan seleksi. Pada tahun 1952, Madrasah Amiriah Islamiah diubah menjadi Sekolah Menengah Islam (SMI) kemudian pada tahun 1954, SMI diubah menhadi PGAP (Pendidikan Guru Agama Pertama). Syekh H.M. As’ad bin H.A, Rasyid adalah seorang ulama besar di Sulawesi, Bugis (1907-1952 M). Ia lahir di Mekah pada tahun 1326 H (1907 M). Pada tahun 1350 H (1931 M), ia mendirikan madrasah, yaitu : Madrasah Wajo Tarbiyah Islamiyah. Kemudian, madrasah ini diubah namanya menjadi Madrasah As’adiyah. Madrasah ini terbagi di atas beberapa tingkat : i. Tingkat Awaliyah ii. Tingkat Ibtidaiyah iii. Tingkat Tsanawiyah; dan iv. Tingkat’Aliyah Madrasah-madrasah Islam di Sulawesi Tengah, diantaranya ialah : a. Madrasah Al-Khairat b. Madrasah Tarbiyah Islamiyah c. Madrasah Daru dawah wal Irsyad (DDI) 4. Sejarah Islam di Nusa Tenggara Kerajaan Islam di Nusa Tenggara. Islam masuk ke Nusa Tenggara seiring dengan penaklukan daerah Bore (1606), Bima (1616, 1618 dan 1628 M), Buton (1626 M) oleh Kerajaan Goa. Dengan ditaklukkannya daerah tersebut, agama Islam tersebar ke daerah taklukannya sampai ke Nusa Tenggara. Pendidikan Islam di Nusa Tenggara Madrasah Nahdltul Wathan Diniyah islamiyyah didirikan pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H oleh H. Muhammad Zainuddin, seorang ulama besar di Pancor, Lombok Timur. Pada tahun 1943 M didirikan Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah oleh K.H. Muhammad Zainuddin di samping Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah. Madrasah ini ditujukan bagi murid-murid putri. Madrasah-madrasah tersebut mempunyai beberapa bagian, diantaranya : 1. Tahdliryah 2. Ibtidaiyah 3. Mu’alimin / mukallimat 4. Bagian SMI 5. Bagian PGA Pada akhir 1372 H., tepatnya tanggal 15 Jumadil Akhir (1 Maret 1953 M) Madrasah nahdlatul banat Diniyah Islamiyah dengan seluruh cabangnya dijelmakan menjadi satu organisasi dengan nama Nahdlatul Mathan (NW), yaitu organisasi pendidikan dan sosial yang berpuat di Pancor (Lombok Timur) dan mendapat sambutan yang baik dari umat Islam.Madrasah-madrasah lain di Nusa Tenggara, diantaranya yaitu : 1. Madrasah Al-Ittihad di Ampenan (Lombok Barat) 2. Madrasa Al_sialam di Kediri (Lombok tengah) 3. Madrasah Al-banat di Masbagik (Lombok Timur) 4. Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah di Tanjung Teros, 5. Madrasah Darul Ulum di Bima (Sumbawa) BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Masuknya Islam kedaerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang besamaan, di samping itu, keadaan itu,keadaan sosial politik budaya daerah ketika di datangi Islam juga berlainan pada abad ke-7 sampai ke -10 M. pertama kali masuk ke Indonesia yang di bawa oleh pedagang serta proses masuknya islam di Indonesia yaitu berbagai fase yang terjadi di antaranya adalah : 1. Singgahnya pedagang-pedagang-pedagang Islam di pelabuhan Nusantara. 2. Adanya komunitas-komunitas Islam di berbagai daerah kepulauan Indonesia. 3. Serta berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Proses masuknya Islam di Indonesia serta sosio cultural masyarakat yaitu melalui saluran-saluran yakni Saluran perdagangan, Saluran perkawinan, Saluran tasawuf, Saluran pendidikan, Saluran kesenian,dan Saluran politik Disamping karena bersarnya arti pendidikan, kepentingan Islamisasi mendorong umat Islam melaksanakan penagajaran Islam kendati dalam sistem yang sederhana, dimana pengajaran diberikan dengan sistem halaqah yang dilakukan di tempat-tempat ibadah semacam masjid, mushalla, bahkan juga di rumah-rumah ulama. Kebutuhan terhadap pendidikan mendorong masyarakat Islam di Indonesia menagadopsi dan mentransfer lembaga-lembaga keagamaan dan sosial yang sudah ada kedalam lembaga pendidikan Islam di Indonesia dengan berbagai lembaga pendidikan non formal seperti Masjid dan Langgar, Pesantren, Meunasah, rangkang dan dayah serta Surau dan Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan Islam di Sumatera.kerajaan yang pertama memeluk islam adalah kerajaan samudera pasai dan kedua perlak dan kerajaan yang ketiga adalah Aceh Darussalam. Serta banyak sekali kerajaan yang lainnya seperti pendidikan Islam pada kerajaan islam di jawa Metode pendidikan Islam wali songo, serta Pendidikan Islam pada kerajaan Indonesia bagian timur dan kesemuanya itu adalah pendidikan agama islam yang ada terlebih asal mula pendidikan islam di Indonesia,di samping karena bersarnya arti pendidikan, kepentingan Islamisasi mendorong umat Islam melaksanakan penagajaran Islam kendati dalam sistem yang sederhana, dimana pengajaran diberikan dengan sistem halaqah yang dilakukan di tempat-tempat ibadah semacam masjid, mushalla, bahkan juga di rumah-rumah ulama. Kebutuhan terhadap pendidikan mendorong masyarakat Islam di Indonesia menagadopsi dan mentransfer lembaga-lembaga keagamaan dan sosial yang sudah ada kedalam lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Pada tahap awal pendidikan Islam di indonesia berlangsung secara informal. Kontak-kontak person antara mubaligh dan masyarakat sekitar yang tidak terancang dan terstruktural secara jelas dan tegas. Pergaulan keseharian yang di dalamnya mengandung unsur pendidikan, seperti keteladanan yang diberikan oleh para muballigh menampakkan ketertarikan masyarakat sekitar terhadap agama Islam. Pendidikan awal Islam informal tidak ada jadwal waktu tertentu, tidak ada hari tertentu dan tidak ada tempat khusus sehingga hal ini tidak terprogram secara ketat. Hal ini yang memicu munculnya pendidikan formal. Pendidikan yang terencana, punya waktu, tempat dan materi tertentu. B. Saran Muda-mudahan dengan terselesainya makalah ini kita semua bisa mengambil hikmah terutama : 1. Mendapatkan rahmat serta ridho Allah 2. Di catatNya sebagai amal bagi kita 3. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi kita semua. 4. Semoga dengan terselesainya makalah ini kita dapat memetik manfaat serta kemudahan dalam melakukan pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar