1.Servise Hp 2.Servise Laptop 3.Buka Pola Dari Jauh 4.Buat Skripsi 5.Buat Tugas Sekolah 6. Pesan di shopee.co.id/azkayra210118
Rabu, 25 April 2012
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara dengan penduduk beragama islam terbesar tentu sangat banyak menyimpan sejarah tentang Islam, mulai dari proses masuknya pendidikan Islam dan perkembangan Islam itu sendiri. Pendidikan Islam merupakan satu tolok ukur pertama dari perkembangan Islam di suatu daerah atau suatu negara. Islam masuk di Indonesia sekitar abad ke-7 masehi dari Arab, Persia dan India. Jalur yang digunakan dalam masuknya Islam pertama di Indonesia meliputi perdagangan, dakwah, perkawinan, pendidikan dan kesenian. Pendidikan telah dimulai dari masa awal masuknya Islam sampai masa kerajaan-kerajaan Islam dan terus berlanjut hingga saat ini. Tiap-tiap daerah di Indonesia memiliki sejarah sendiri dalam proses dan berlangsungnya pendidikan Islam karena memiliki karakteristik sendiri-sendiri. 2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana keadaan seputar masuknya Islam di Indonesia? 2. Bagaimana pendidikan Islam pada masa permulaan di Indonesia? 3. Bagaimana pendidikan Islam pada masa kerajaan Islam di Sumatera? 4. Bagaimana masuknya Islam ke pulau Jawa? 5. Bagaimana pendidikan Islam pada masa Walisongo? 6. Bagaimana pendidikan Islam di pulau Kalimantan? 7. Bagaimana pendidikan Islam di Sulawesi? 8. Bagaiamana pendidikan Islam pada masa Mataram? BAB II PEMBAHASAN 1. Seputar Masuknya Islam di Indonesia Sejarah membuktikan bahwa islam telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7M dan berkembang luas pada abad ke-12 M, pereluasan ini ditandai dengan mulai munculnya kerajaan-kerajaan Islam pertama di Indonesia seperti Kerajaan Smamudra Pasai, Perlak, Aceh Darussalam pada tahun 1992 dan 1997. Melalui pusat-pusat perdagangan di Sumatra Utara Islam selanjutnya menmyebar Hhingga ke Pulau Jawa melalui Malaka.1 Beberapa teori tentang kurun pertama masuknya Islam di Indonesia adalah2 : 1. Teori India Berpendapat bahwa islam berasal dari India, tepatnya adalah Gujarad.Pelopor pendapat ini antara lain Pijnappel dari Universitas Leiden, Morquette dan Snoucch Hurgronje. Menurutnya abad ke-12 adalah abad yang paling mungkin dari permulaan penyebaran Islam di Nusantara. 2. Teori Arab bahwa Islam masuk Indonesia pada abad pertama hijriyah dan langsung dari Arab. yang berpendapat ini antara lain Crawford Nieman de Hollander dan Naquib Al Atas. 3. Islam Dari Benggal Teori ketiga adalah teori yang didukung oleh Fatimi yang mengatakan bahwa Islam datang dari Benggal. Hal ini didsarkan pada keterangan Tome Pires bahwa orang-orang Benggal atau keturunan mereka. Berikut ini beberapa pendapat tentang awal masuknya Islam ke Indonesia3 : 1. Pendapat Sayyid Naquid al-Attas Catatan yang paling tua mengenai kemungkinan sudah bermukimnya orang-orang muslim di kepulauan Indonesia adalah bersumber laporan Cina tentang pemukiman Arab di Sumatera Utara yang dikpepalai oleh seorang Arab pada tahun 55 H atau 672 M. 2. Benini Soerang sejarawan dalam Further India dan Indo Malay Archipelago, yang didukung penulis Harry W. Hazzard dalam “Atlas of Islamic History” menyatakan bahwa orang Islam yang pertama mengunjungi Indonesia amat boleh jadi adalah saudagar Arab dalam abad ke-7 Masehi yang singgah di Sumatera Utara ketika mengadakan perjalanan menuju Cina. 3. Jawad Pariduri Beliau berpendapat bahwa di Barus Tapanuli, didapatkan sebuah makam yang berangka tahun tha-mim yang berarti tahun 48 H atau 670 M, dengan demikian agama Islam telah masuk di Barus Tapanuli Sumatera Utara pada tahun 670 M. 4. Thomas W Arnold dalam bukunya The Preachig of Islam menyatakan bahwa pada abad ke-7 M di pantai barat Sumatera Utara sudah didapati suatu kelompok perkampungan orang-orang Arab. 5. Pada seminar masuknya Islam di Indonesia yang diselenggarakan di Medan pada tahun 1963 menyimpulkan sebagai berikut : 1. Menurut sumber bukti yang baru Islam pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi dibawa oleh pedagang dan muballigh dari Arab. 2. Daerah yang pertama kali dimasuki adalah pantai barat pulau Sumatera yaitu Barus, tempat kelahiran ulama besar yang bernama Hamzah Fransuri. 3. Dalam proses pengislaman selanjutanya orang-orang Islam di Indonesia ikut aktif mengambil bagian yang berperan dan proses itu berjalan secara damai. Dari beberapa pendapat tersebut cukup memberikan gambaran kepada kita bahwa kuat dugaan bahwa Islam benar-benar sudah masuk kepulauan Nusantara sekitar pada abad ke-2 H atau ke-7 M, minimal kita bisa meragukan pendapat bahwa Islam itu baru masuk ke Indonesia abad ke-12 atau 13 sebagaimana banyak ditulis oleh ahli sejarah non- muslim. 2. Pendidikan Islam Pada Masa Permulaan di Indonesia Sejak awal perkembangan Islam pendidikan menjadi prioritas utama masyarakat muslim Indonesia. Disamping karena bersarnya arti pendidikan, kepentingan Islamisasi mendorong umat Islam melaksanakan penagajaran Islam kendati dalam sistem yang sederhana, dimana pengajaran diberikan dengan sistem halaqah yang dilakukan di tempat-tempat ibadah semacam masjid, mushalla, bahkan juga di rumah-rumah ulama. Kebutuhan terhadap pendidikan mendorong masyarakat Islam di Indonesia menagadopsi dan mentransfer lembaga-lembaga keagamaan dan sosial yang sudah ada kedalam lembaga pendidikan Islam di Indonesia.4 Pada tahap awal pendidikan Islam di indonesia berlangsung secara informal. Kontak-kontak person antara mubaligh dan masyarakat sekitar yang tidak terancang dan terstruktural secara jelas dan tegas. Pergaulan keseharian yang di dalamnya mengandung unsur pendidikan, seperti keteladanan yang diberikan oleh para muballigh menampakkan ketertarikan masyarakat sekitar terhadap agama Islam5. Pendidikan awal Islam informal tidak ada jadwal waktu tertentu, tidak ada hari tertentu dan tidak ada tempat khusus sehingga hal ini tidak terprogram secara ketat. Hal ini yang memicu munculnya pendidikan formal. Pendidikan yang terencana, punya waktu, tempat dan materi tertentu. Dengan demikian ada beberapa lembaga pendidikan islam formal pertama yang muncul di Indonesia6 : 1. Masjid dan Langgar Sebagai implikasi dari terbentuknya masyarakat muslim di suatu tempat maka secara serta merta mereka membutuhkan Masjid dan Langgar tempat melaksankan ibadah. Fungsi masjid dan langgar tersebut diperluas selain sebagai tempat ibadah (shalat) juga tempat pendidikan. Di tempat terseburt dilaksanakan pendidikan untuk orang dewasa dan anak. Menurut Hasbullah pengajian Al Qur'an pada pendidikan Langgar dibedakan menjadi dua macam: • Tingkat Rendah, merupakan tingkat pemula. Yaitu mulai mengenal huruf Al Qur'an sampai bisa membacanya, diadakan pada tiap-tiap kampung dan anak-anak hanya belajar pada malam hari dan pagi hari setelah sholat subuh, • Tingkat atas, pelajarannya selain di tingkat pemula diatas, ditambah lagi dengan pelajaran lagu qasida, berjanzi, tajwid serta mengaji kita-kitab.7 2. Pesantren Belum ditemukan tahun yang pasti kapan pesantren pertama kali didirikan, banyak pendapat mengatakan bahwa pesantren muncul pada zaman Walisongo dan Maulana Malik Ibrahim dipandang sebagai orang yang pertama mendirikan pesantren. Di Jawa sebelum Islam masuk telah dikenal adanya lembaga pendidikan Jawa kuno yang diberi nama pawiyatan di tempat tersebut tinggal bersama Ki Ajar dan Cantrik. Ki Ajar yang mengajar dan cantrik murid yang diajar. Di Pawiyatan berlangsung pendidikan sepanjang hari dan malam. Sistem ini mirip dengan sistem pesantren. Jadi dengan demikian sistem pendidikan pesantren itu telah ada di Jawa sebelum datangnya Islam. Setelah Islam masuk maka sistem ini termasuk yang diislamkan. CC Berg berpendapat bahwa santri berasal dari istilah Shastri , yang dalam bahasa India, orang-orang yang tahu buku0buku suci Agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci Agama Hindu. Kata Shastri berasal dari Shastra yang berarti buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.8 3. Meunasah, rangkang dan dayah Secara Etimologi, meunasah berasal dari perkataan madrasah, tempat belajar atau sekolah. Sebagai pendidikan awal bagi anak-anak yang dapat disamamakan dengan tingkat Sekolah Dasar. Meunasah ini dipimpin atau diasuh oleh seorang Tengku Meunasah (Guru) yang bertugas untuk membina dan mengajarkan ilmu agama kepada para murid.9 Di setiap gampong (kampung) di Aceh ada mennasah sebagai tempat belajar bagi anak-anak. Pada dasarnya mennasah memiliki multi fungsi yaitu fungsi ibadah, sosial dan pendidikan. Rangkang adalah tempat tinggal murid yang dibangun di sekitar masjid karena murid perlu mondok dan tinggal, maka perlu dibangun tempat tinggal untuk mereka di sekitar masjid. Snoucch Hurgronje, mendeskripsikan Rangkang dalam bentuk rumah kediaman, tetapi lebih sederhana, memiliki satu lantai saja di kanan kiri gang pemisah (blok) masing-masing untuk 1-3 murid. Kadang-kadang rumah yang tidak dipakai lagi oleh orang saleh diwakafkan untuk siswa. rumah tersebut diserahkan kepada guru untuk dijadikan rengkang.10 Lembaga berikutnya adalah dayah. Dayah berasal dari bahasa Arab zawiyah merujuk pada sudut dari suatu bangunan dan sering dikaitkan dengan masjid. Di sudut Masjid itulah berlangsungnya proses pendidikan dalam bentuk halaqah atau juga zawiyah dikaitkan juga dengan tarekat sufi. Di mana Syeikh atau Mursyid melakukan pendidikan sufi. Hasjmy menjelaskan tentang dayah adalah sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan mata pelajaran agama yang bersumber dari Bahasa Arab, misalnya Tauhid, Fiqh, Tasawuf, Bahasa Arab dan lain-laqin. pendidikan setingkat SLTA.11 4. Surau Dalam Kamus Bahasa Indonesia, surau diartikan tempat (rumah) umat Islam melakukan Ibadah (sembahyang, mengaji dan lain-lain). Christin Pobbin memberi pengertian bahwa surau adalah rumah yang didiami para pemuda setelah aqil baligh terpisah dari rumah keluarganya yang menjadi tempat tinggal wanita dan anak-anak. Jadi surau adalah tempat aktifitas masyarakat sehari-hari dalam hal peribadatan, pendidikan dan sosial budaya. Intinya bahwa surau memiliki multifungsi bagi masyarakat dan sangat penting keberadaannya di masyarakat itu sendiri. Jadi jelas bahwa dalam pendidikan Islam di Indonesia juga terjadi akulturasi-akulturasi budaya, baik berupa istilah-istilah, ataupun budaya langsung. Karena memang sesuai sejarah Islam masuk ke Indonesia dalam keadaan telah memeluk agama (Hindu dan Budha) ataupun kepercayaan (Animisme dan Dinamisme) yang telah melekat kuat di masyarakat Indonesia. MAka tidak mungkin terjadi penghapusan secara ekstrim terhadap apa yang telah melekat di masyarakat itu, melainkan dengan cara mengadopsi dan akulturasi budaya dengan ajaran Islam, sehingga Islam bisa diterima dengan damai di Indonesia. Dapat dimengerti bahwa pendidikan islam dimasa awal di indonesia amat fleksibel dan mudah nerasu kedalam budaya masyaraakat denagan menggunakan fasilitas-fasilitas yang sederhana, namun ternyata Islam dapat diterima dan mampu berkembang secara dinamis di negeri Nusantara ini. Ini juga sebqagai bukti bahwa Islam menjadi Agama yang Universal (Rahmatan Lil 'Alamin), bisa diterima di berbagai tempat dalam suasana dan keadaan apapun 3. Pendidikan Islam Pada Masa Kerajaan Islam di Sumatera 1. Kerajaan Samudera Pasai Dari berbagai catatan sejarah, bahwa kerajaan islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan pada abad ke-10 M, dengan raja pertama adalah Al Malik Ibrahim bin Mahdum.(a) pengembara dari maroko Ibnu Batutah sempat singgah di Kerajaan Pasai pada masa pemerintahan Malik Az Zahir pada tahun 1345 M, Ibnu Batutah menuturkan bawa ia sangat mengagumi akan keadaan Kerajaan Pasai, dimana rajanya sangat Alim dan ilmu Agama, dengan menganut mazhab Syafi'im serta mempraktekan pola hidup yang sangat sederhana.12 Kedatangan Ibnu batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Samudera Pasai adalah sebagai berikut : a) materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah fiqh madzhab syafi’i; b) Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqah; c) Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama; d) biaya pendidikan berasal dari negara. Menurut Ibnu Batutah juga Pasai pada abad ke-14 M sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara Islam. Ibnu Batutah mengatakan bahwa Sultan Malik Zahir adalah orang yang cinta kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari jum’at tiba Sultan sembahyang di Masjid menggunakan pakaian ulama. Setelah sembahyang mengadakan diskusi dengan para alim pengetahuan agama antara lain Amir Abdullah dari Delhi dan Tajuddin dari Isfahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut majlis taklim atau halaqah. Sistem halaqah yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru. Guru duduk ditengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid menghadap guru13. 2. Kerajaan Perlak Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya bernama Sultan Alaudin (tahun1161 -1186 H / abad ke-12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang raja Pasai menikah dengan putri raja Perlak.14 Rajanya yang ke enam SUltan Mamdum Alauddin Muhammad, adalah seorang Ulama' yang mendirikan perguruan tinggi Islam, suatu lembaga majelis Taklim yang dihadiri khusus oleh para murid yang sudah Alim. Yang diajarkan adalah kitab-kitab yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya Al Um karya Imam Syafi'i.15 Kerajaan Islam perlak juga mempunyai pusat pendidikan Islam Dayah Cut Kala. Dayah disamakan dengan perguruan tinggi, materi yang diajarkan yaitu : bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat dengan Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Tengku Chik M. Amin pada akhir abad ke-3 H / abad ke-10 M. Inilah pusat pendidikan pertama. Rajanya Sultan Muhammad Alaudin Muhammad Amin (1245 – 1267) mendirikan perguruan tinggi islam yaitu Majlis Ta’lim. Lembaga tersebut juga mengajarkan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahun tinggi, misalnya Al-Umm karya Imam Syafi’i. 3. Kerajaan Aceh Darussalam Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamirkan pada tanggal 12 Dzulkaedah 916 H (1511 M), menyatakanag perang terhadap buta huruf dan buta ilmu. proklamasi Kerajaan Aceh Darussalam tersebut adalah hasil peleburan Kerajaan Islam Aceh dibelahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai, dibelahan Timur Putra Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi raja dengan nama Sultan Alauddin Ali Mughayat Syah (1507-1522).16 Jenjang pendidikan yang ada di kerajaan Aceh darussalam diawali pendidikan terendah mennasah(madrasah) yang berarti tempat belajar atau sekolah, terdapat disetiap gampong (kampung) dan mempunyai multi fungsi antara lain : a) sebagai tempat belajar Al-Qur’an; b) sebagai sekolah dasar dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab, ilmu agama dan bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam; c) sebagai fungsi untuk kehidupan sehari-hari seperti beribadah dan musyawarah. Selanjutnya sistem pendidikan di dayah (pesantren) seperti mennasah tetapi materi yang diajarkan adalah kitab nahwu, yang diartikan kitab yang dalam bahasa Arab, meskipun arti ilmu nahwu sendiri adalah tata bahasa (Arab). Pendidikan di Aceh Darussalam sangat diperhatikan, terdapat lembaga-lembaga negara yang khusus menaungi pendidikan dan ilmu pengetahuan yaitu : Tokoh ulama kerajaan Aceh Darussalam antara lain Hamzah Fansuri, Syamsuddin As-Sumatharani, Syeikh Nuruddin Ar-Raniri. Pada masa kejayaan Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) banyak didirikan Masjid untuk tempat ibadah, salah satunya Masjid Baiturrahamn yang juga dijadikan perguruan tinggi dan mempunyai 17 dars (fakultas). 1. Balai Sentra Hukama, merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama ahli pikir dan cerdik cendekiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan. 2. Balai Sentra Ulama, merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran. 3. Balai Himpunan Jama’ah Ulama, merupakan kelompok studi tempat para ulama dan sarjana berkumpul untuk bertukar pikiran membahas persoalan pendidikan dan ilmu pengetahuan.17. Jenjang pendidikan yang ada antara lain : 1. Meunasah (setingkat Sekolah Dasar): Mempelajari menulis dan membaca huruf Arab, Ilmu Agama, Bahasa Jawi/Melayu, Akhlak dan Sejarah Islam 2. Rangkang (setingkat Tsanawiyah): Mempelajari pelajaran Bahasa Arab, Ilmu Bumi, Sejarah, berhitung (Hisab), akhlak, fiqih dan lain-lain 3. Dayah (setingkat Madrasah Aliyah):Mempelajari tentang Fiqh (hukum Islam), Bahasa Arab, Tauhid, Tasawuf/Akhlak, Ilmu Bumi, Sejarah/Tata Negara, Ilmu pasti dan Faraid 4. Dayah Teuku Cik (setingkat Perguruan Tinggi): Mempelajari Fiqh, Tafsir, Hadits, tauhid (Ilmu Kalam), Akhlak (Tasawuf), Ilmu Bumi, Ilmu Bahasa dan Sastra Arab, Sejarah dan Tata Negara, Mantiq, Ilmu Falak dan Filsafat.18 4. Masuknya Islam Ke Pulau Jawa Islam pertama kali masuk di Jawa Abad ke-14 M (tahun 1399 M), dibawa oleh Maulana Mailik Ibrahim dengan keponakannya bernama Mahdum Ishaq, yang menetap di Gresik. Beliau adalah orang Arab yang pernah tinggal di Gujarad. Pada masa Majapahit, salah seotrang raja Sri Kertabumi mempunyai istri yang beragama Islam yakni Putri Cempa, memiliki putra bernama Raden Patah, yang selanjutnya menjadi raja pertama Kerajaan Demak. Munculnya Kerajaan Islam Demak disebabkan kelemahan dan kehancuran Majapahit setelah masa wafatnya patih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk.19 Sebagaimana di Sumatera maka agama Islam mulai tersebar di jawa dari pelabuhan dan bandar-bandar tempat perhubungan dagang antara Indonesia dengan Luar Negeri, misalnya Sunda Kelapa (Jakarta), Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Tuban, Jepara, Gresik, Surabaya dan lain-lain. Para pedagang Indonesia di tempat-tempat tersebut dan sekitarnya (tahun 1400 M) sudah mendengarkan dan mengetahui alakadarnya tentang didikan dan ajaran Islam. Pedagang-pedagang Jawa (Indonesia) yang pulang belajar antara Jawa dan Malaka (yang telah menjadi pusat perkembangan Islam) banyak juga yang telah memeluk ajaran Islam. Dengan demikian keluarga mereka di bandar-bandar tersebut memeluk agama baru pula. Pedagang-pedagang asingpun seperti pedagang Tionghoa banyak yang sudah memeluk agama Islam sehingga lambat laun perniagaan di pulau Jawa pindah ke tangan kaum muslimin. Bupati-bupati di pesisir dan orang bangsawan banyak pula yang beragama Islam. Biasanya jika para bupati dan bangsawan telah memeluk agama Islam maka mudah sekali agama itu meluas di kalangan rakyat. Dengan demikian banyaklah bandar-bandar berpenduduk kaum muslimin.20 5. Pendidikan Islam Pada Masa Wali Songo Kata wali berasal dari bahasa Arab ولي – والى artinya kekasih,- ولي والى artinya penguasa. Para wali songo ditinjau dari kepribadian dan dakwahnya termasuk kekasih Allah. Dan ditinjau dari tugas dan fungsinya dalam kerajaan Demak, mereka mendapat gelar Susuhunan (Sunan), yaitu sebagai penasihat dan pembantu raja. Dengan demikian maka sasaran pendidikan dan dakwah Islam meliputi rakyat umum dan kalangan pemerintah. Adapun Walisongo itu ialah : 1. Maulana Malik Ibrahim = Maulana Syeikh Maghribi 2. Sunan Ampel = Raden Rahmat 3. Sunan Bonang = Maulana Ibrahim 4. Sunan Derajad = Raden Qasim 5. Sunan Giri = Raden Ainulyaqin 6. Sunan Kudus = Raden Amin Haji = Ja’far Shadiq 7. Sunan Muria = Raden Prawoto = Raden Said 8. Sunan Kalijogo = Raden Syahid 9. Sunan Gunung Jati = Raden Abd. Qadir = Syarif Hidayatullah = Falatehan = Fatahillah Jika ditinjau lebih lanjut kata Wali Sanga tidak semata-mata Wali (Auliya') yang berjumlah sembilan. Namun wali sanga adalah suatu lembaga dakwah yang dilegalisasikan dibawah naungan kerajaan demak, atu juga anggota Dewan yang mengurus penyebaran islam di Jawa. Kata Sanga (Sembilan) itu sendiri memilioki berbagai pengertian. Seperti diketahui bahwa para wali berdakwah juga menggunakan Budaya, Kesenian dan lain-lain. Dan kata Sanga pun juga memiliki berrbagai implikasi dengan media yang digunakan oleh para wali tersebut. Jika ditinjau dari Walisanga sebagai dewan, maka ini dapat dimengerti wali yang sembilan tersebut adalah wali-wali pokok yang menjadi tokoh sentral dalam dewan tersebut, selain juga para murid-murid dari wali pokok tersebut dan wali sanga sendiri terdiri dari beberapa periode atau dekade, dan yang menjadi wali pokoknya jelas mengalami pergantian. Jadi Walisongo adalah orang-orang yang saleh yang tingkat taqwanya kepada Allah sangat tinggi, pejuang dakwah Islam dengan keahlian yang berbeda. Ada yang menonjol ilmu tasawufnya, ada seni budayanya, ada yang memegang pemerintahan dan militer secara langsung. Semuanya diabdikan untuk pendidikan dan dakwah Islam.21 6. Pendidikan Islam di Pulau Kalimantan Islam mulai masuk kalimantan mulai abad ke-15 M dengan cara damai, dibawa oleh muballigh dari Jawa. Sunan Bonang dan Sunan Giri mempunyai santri-santri dari Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Sunan Giri ketika berumur 23 tahun, pergi ke Kalimantan bersama saudagar kamboja bernama Abu Hurairah. Gubahan Sunan Giri bernama Kalam Muyang dan gubahan Sunan Bonang bernama Sumur Serumbung menjadi buah mulut di Kalimantan. Muballigh lain dari Jawa adalah Sayid Ngabdul Rahman alias Kahtib Daiyan dari Kediri. Perkembangan yang sangat menggembirakan pada tahun 1710 M (tepatnya 13 Shafar 1122 H) kerajaan Islam Banjar ke 7 dibawah pemerintahan Sultan Tahmillah (1700-1748) lahir seorang terkenal Syekh Mahmud Arsyad Al Banjari di desa Kalampayan Martapura. Sejak kecil diasuh Sultan Tahmillah, belajar agam sampai di Mekkah sekitar 20 tahun.22 Selain Syekh ahmad Aryad Al Banjari ada tokoh yang terkenal yakni Syekh Mahmud Nafis bin Idris Al Banjari yang mengarang sebah kitab tasawuf "Addarunnafis".23 Pada waktu kecil ia diasuh dan diangkat oleh Sultan Tahmilillah dan diirim untuk belajar ke Makkah dan Madinah selama 30 tahun. Ia wafat pada masa Sultan Sulaiman. Kawan-kawan seangkatanya adalah Abdul Rahman Masri Jakarta, Abdul Samad Palembang, Abdul Wahab Pangkejene, Sulawesi Selatan. Guru-guru di Makkah Syikh Attaillah, di Madinah Iman al-Haramain dan Syikh Sulaiman al-Kurdi al-Misri. Pada waktu akan pulang ke Indonesia ia belajar ilmu tasawuf kepada Syekh Abdul Karim Samman al-Madany. Sultan Tahmidillah mengangkat Syekh Arsyad sebagai mufti besar Kerajaan Banjar. Ia mendirikan pondok pesantren di kampung Dalam Pagar. Putranya bernama Syekh Syihabuddin juga keluaran Makkah dan pernah menjadi muballig kerajaan Riau. Dua orang cucunya juga menjadi ulama terkenal adalah Tuan Guru Muhammad As’ad dan Ustadh Fatimah yang mengarang kitab Perukunan dalam bahasan Melayu (dipelajari di hampir seluruh Indonesia). Sistem pengajaran Kitab di Pesantren Kalimantan sama dengan sistem pengajian kitab di pondok pesantren Jawa terutama cara-cara menterjemahkannya ke dalam bahasa daerah. Salah satu tokoh Islam yang masuk di kalimantan Barat adalah Syarif Abdurrahman Al-Kadri dari Hadramaut pada tahun 1735 M dan kawin dengan putra Dayak yang akhirnya mewarisi kerajaan di kalimantan Barat di Pontianak. Salah seorang pejuang Islam lain dari Kalimantan Selatan adalah Pangeran Antasari lahir pada tahun 1790 M – 1862 H cucu dari pangeran Amir, putera Sultan Tahmidillah I. Pangeran Antasari melawan belanda untuk membela agama Islam dan tanah air. Ia diberi gelar oleh rakyat sebagai Khalifah Amirul Mukminin.24 7. Pendidikan Islam di Sulawesi Agama Islam masuk Sulawesi mula-mula adalah dibagian Jazirah sebelah selatan. Daerah ini didiami oleh suku Makasar dan Bugis. Pada abad ke-16 berdiri di daerah itu Kerajaan Goa yang meliputi seluruh daerah-daerah kediaman suku Makasar. Kerajaan mula-mula yang berdasarkan Islam di Sulawesi adalah Goa dan Tallo pada tahun 1605, Rajanya bernama I Mailngkang Daeng Manyonri, masuk Islam berganti nama Sultan Abdullah Awwalul Islam. Setelah itu raja Gowa Sultan Aluddin masuk Islam. Dalam waktu dua tahun seluruh rakyatnya telah memeluk Islam. Mubaligh Islam yang berjasa adalah murid Sunan Giri yakni Abdul Qadir Khatib Tunggal bergelar Dati Ribandang, ia berasal dari Minangkabau dibantu oleh Dato Sulaiman alia Dato Pattimbang dan Dato Ri Tirto alias Kahtib Bungsu yang telah berjasa menyuburkan Islam di Sulawesi.25 Maka tersebutlah riwayat tiga orang anak Minangkabau yaitu Datuk Ribandang, Datuk Patimbang, Datuk Ri Tirto datang merantau ke daerah Makasar. Di antara yang ketiga itu yang paling besar jasanya ialah Datuk Ri Bandang. Datuk Ri Bandang itulah yang telah mengadakan perhubungan dengan Raja Goa, sehingga akhirnya Raja goa itu memeluk agama Islam (kurang lebih tahun 1600 M). Baginda peluk agma Islam dan dipakai nama Sultan Alaudin Anwamul Islam, bersama baginda wazir besarnya Karaeng Matopia turut pula memeluk Agama Islam kemudian diikuti oleh pembesar-pembesarnya dan rakyat umunya. Kemudian ketiga datuk itu terus juga menyiarkan agama Islam ke dalam kerajaan Bugis yang lain, ke Wojo, Sopeng, Sidenreng, Ternate dan lain-lain sehingga tersiarlah agama islam di daerah situ. Sampai sekarang ketiga nama Datuk itu masih menjadi ingatan yang mulia bagi orang Bugis dan Makasar. Setelah Raja goa memeluk agama Islam, maka dalam waktu yang tidak lama daerah selatan pulau Kaliamantan telah tunduk dan memeluk agama Islam. Tak lama kemudian Kerajaan Goa menaklukkan Bone (1606 M), Bima (1616, 1618 dan 1626), Sumbawa (1618, 1626), Buton (1626). Dengan takluknya daerah-daerah tersebut maka agama Islam ikut dibelakangnya tersebar di seluruh daerah itu. Dengan demikin dapat disimpulkan bahwa agama Islam mula-mula datang di Sulawesi Selatan kemudian kerajaan Goa menyempurnakan penyebarannya sehingga sampai ke Nusa Tenggara. Sekarang keadaan agama Islam di Sulawesi sebagai berikut : Di Sulawesi Utara terdapat penduduk beragama Islam kecuali di daerah Minahasa yang hanya terdapat di sana kurang lebih 25.000 orang Islam. Di Pulau Sulawesi selatan boleh dikatakan seluruh penduduknya beragama Islam. Sedangkan di Sulawesi Tenggara di diami oleh orang-orang yang memiliki bermacam-macam kepercayaan, seperti Agama Nasrani, Agama Islam dan kepercayaan daerah.26 Di antara ulama besar kelahiran Sulawesi sendiri ialah Syekh Maulana Yusuf yang belajar ke Makkah pada tahun 1644 M. Ia pulang ke Indonesia dan menetap di Banten. Banyak santrinya yang datang dari Makasar, kemudian karena memberontak dibuang oleh Belanda ke Sri Langka dan wafat di Afrika Selatan. Jenazahnya dipulangkan ke Makasar dan dikubur di sana. Ia mengarang kitab tasawuf dalam bahasa Arab, Bugis, Melayu dan Jawa.27 8. Pendidikan Islam Pada Masa Mataram Perpindahan kekuasaan dari Demak ke Pajang (1568 M) tidak menyebabkan perubahan yang berarti tentang sistem pendidikan dan pengajaran Islam. Setelah pusat kerajaan Islam berpindah dari Pajang ke Mataram (1586 M) maka tampak beberapa macam perubahan, terutama pada zaman Sultan Agung (1613 M). Sesudah mempersatukan Jawa Timur dengan Mataram serta daerah-daerah yang lain maka Sultan Agung sejak tahun 1630 mencurahkan tenaganya untuk membangun negara, seperti mempergiat perdagangan dan persawahan serta memajukan perdagangan dengan luar negeri. Pada zaman beliau telah maju dan memuncak kebudayaan, kesenian dan kesusastraan. Atas kebijaksanaan Sultan Agung kebudayaan lama yang berdasarkan Indonesia asli dan Hindu dapat disesuaikan dengan agama dan kebudayaan Islam, yaitu : 1. Gerebeg disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan Maulid Nabi. Sejak saat itu terkenal dengan gerebeg poso dan gerebeg maulud. 2. Gamelan sekaten yang haanya dibunyikan pada gerebeg mulud atas kehendak Sultan Agung di pukul di halaman Masjid besar. 3. Karena hitungan tahun caka (Hindu) yang dipakai di Indonesia (Jawa) berdasarkan perhitungan matahari berbeda dengan tahun hijriyah yang berdasarkan pada perjalanan bulan, maka pada tahun 1633 M atas perintah Sultan Agung tahun caka yang telah berangka 1555 caka, tidak lagi ditambah dengan hitungan matahari, melainkan dengan hitungan perjalanan bulan sesuai dengan tahun hijriyah. Tahun yang beru dususun tersebut dinamakan tahun jawa dan sampai sekarang tetap digunakan.28 Pada zaman pemerintahan Sultan Agung, kehidupan keagamaan mengalami kemajuan pesat, upaya-upaya Sultan Agung menunjukkan agama cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari usaha memakmurkan masjid, yaitu denagan cara mendirikan Masjid Raya (Masjid Agung) di setiap kabupaten yang dikepalai oleh seorang Penghulu, pada setiap ibu kota Distrik ada sebuah Masjid Kawedanan, dikepalai Seorang Naib, dan juga di setiap Desa dibangun Masjid Desa yang dikepalai oleh seorang Modin. Peagawai pengulu 40 orang itu dibagi atas 4 golongan : 1. Juru tulis dan bendahara 2. Ketib (Khatib) 3. Modin (Muazzin) 4. Merbot (garim di Minangkabau) Pekerjaan khatib ialah khutbah jum’at dim Masjid serta keluar ke tempat-tempat yang dipandang perlu mengadakan khutbah (tabligh) dan memberi nasihat keagamaan yang dibantu oleh Modin. Dalam Pendidikan Islam masa Sultan Agung, membagi pesantren menjadi berapa tingkatan, yakni: 1. Tingkatan pengajian Al-Qur'an, tingkatan ini terdapat di setiap desa yang diajarkan adalah huruf hijaiyah, membaca Al-Qur'an, Berzanji, rukun iman, dan rukun Islam. 2. Tingkat pengajian kitab, santri yang mengaji pada tingkatan ini adalah yang telah Khatam Al-Qur'an. Twempatnya biasanya di serambi masjid da mereka umumnya mondok. Guru yang mengajar diberi gelar Kiai Anom. Kitab-kitab mula-mula yang dipelajari adalah 6 kitab dengan 6 Bismillahirrahmanirrahim, kemudian matan Taqrib dan Bidayatul Hidayah. 3. Tingkatan pesantren besar, diadakan di daerah Kabupaten sebagai lanjutan dari desa. Kitab yang dipelajari adalah kitab-kitab besar berbahasa arab yang diterjemahkan kedalam bahsa daerah. Cabang-cabang ilmu yang diajarkan adalah fiqh, tafsir, hadis, ilmu kalam tasawuf dan lain-lain. 4. Pondok pesantren tingkat keahlian (Takhassus). Ilmu yang dipelajari pada tingkat ini adalah salah satu cabang ilmu secara mendalam. Tingkat ini adalah tingkat spesialis.29 KESIMPULAN Dari beberapa teori dan pendapat mengenai kapan masuknya Islam pertama di Indonesia, kuat kemungkinan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 M. Daerah pertama penyebaran agama Islam adalah sepanjang pesisir bagian utara dan barat pulau Sumatera. Pendidikan Islam diawal permulaan di Indonesia berupa pendidikan informal. Kontak-kontak person antara muballigh dan masyarakat dengan sistem halaqah. Sedangkan pendidikan formal pertama di Indonesia yang ada antara lain : Masjid dan langgar, pesantren, mennasah, dayah, rangkang dan surau. Pendidikan Islam pada masa kerajaan di Sumatera meliputi : 1. Kerajaan Samudera Pasai Pada masa ini (abad ke-14 M) sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara, bentuk pendidikan dengan cara diskusi yang disebut dengan Majlis Taklim / halaqah. 2. Kerajaan Perlak Sebagai kerajaan Islam kedua di Indonesia setelah Samudera Pasai pendidikan pada masa ini juga mendapat prioritas, terbukti dengan adanya pusat pendidikan Islam Dayah Cut Kola sama dengan perguruan tinggi. 3. Kerajaan Aceh Darussalam Pendidikan sangat diperhatikan dengan adanya lembaga khusus agama yang menangani masalah pendidikan dan ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh Islam yang ada pada masa kerajaan Aceh Darussalam seperti : Hamzah Fansuri, Syamsuddin As-Sumatharani, Syeikh Nuruddin Ar-Raniri. Di pulau Jawa Islam masuk sekitar abad ke-14 dibawa oleh pedagang-pedagang Islam yang singgah di jawa. Tempat-tempat persinggahan mereka adalah antara lain : Sunda Kelapa (Jakarta), Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Tuban, Jepara, Gresik, Surabaya dan lain-lain. Walisongo sebagai penyebar Islam di pulau Jawa yang sukses dengan adanya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam menguntungkan Islam berkembang di Jawa. Adapun Walisongo adalah satu nama dewan yang terdiri atas sembilan wali sebagai pemuka agama adalah Maulana Malik Ibrahim / Maulana Syekh Maghribi, Sunan Ampel / Raden Rahmat, Sunan Bonang / Maulana Ibrahim, Sunan Derajad / Raden Qasim, Sunan Giri / Raden Ainulyaqin, Sunan Kudus / Raden Amin Haji / Ja’far Shadiq, Sunan Muria / Raden Prawoto / Raden Said, Sunan Kalijogo / Raden Syahid, Sunan Gunung Jati / Raden Abd. Qadir / Syarif Hidayatullah / Falatehan / Fatahillah. Islam masuk di Kalimntan sekitar abad ke- 15 M, dengan cara damai di bawa oleh muballigh-muballigh dari Jawa pada tahun 1710, di Kalimantan terdapat seorang ulama besar yaitu Sayid Ngabdul Rahman alias Kahtib Daiyan dari Kediri. Di mulai dari jazirah Selatan Kalimantan, Islam masuk ke daerah Sulawesi yang didiami suku Makasar dan Bugis. Pada abad ke-16 masehi. Berdiri kerajaan Goa, kerajaan inilah yang menyebarkan Islam lebih luas di Sulawesi. Pendidikan Islam masa Mataram dimulai dari perpindahan kekuasaan dari Demak ke Pajang (sekitar tahun 1586). Susunan pendidikan pada masa mataram sebagai berikut : Pengajian Qur’an (sebagai tingkat rendah),Pesantren (pengajian kitab), desa (tingkat menengah),Pesantren besar (sebagai tingkat lanjut),Pesantren keahlian (takhasus) dan perguruan thariqat (tingkat tinggi). DAFTAR PUSTAKA Asegaf, Abdurrahman.Pendidikan Islam Di Indonesia.Yogyakarta:Suka Press,2007. Asrohah, Hanun. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Logos, 1999. Daulay, Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia.JakartaKencana.2007. ----------. Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara. Jakarta : Rineka Cipta, 2009. Fahmi, Asma Hasan. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan-Bintang, 1979. Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996. http://forum.dudung.net/index.php/topic.5369.0/prev_next_new Yunus, Muhammad. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : Mutiara, 1979. Yunus, Muhammad. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : Mahmud Yunus. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.Jakarta:Hidakarya Agung,1996 Mustafa, A dan Abdullah Aly. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (SPII).Bandung:Pustaka Setia,1998. Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986. ----------. Sejarah Pendidikan Islam. Ditbinpertais, 2000. footnote: 1. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), 17. 2. Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara (Jakarta : Rineka Cipta, 2009),10-11 3.Hasbullah, Sejarah Pendidikan, 4-5. 4. Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Logos, 1999), 144 5. Daulay,Dinamika Pendidikan, 12. 6. Daulay, Dinamika Pendidikan, 12-15. 7. Hasbullah, Sejarah Pendidikan,22-23. 8. Haidar Putra Daulay.Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia (JakartaKencana.2007), 61. 9. Daulay. Sejarah Pertumbuhan,23-24. 10. Daulay, Sejarah Pertumbuhan,24. 11Daulay,Dinamika Pendidikan,14-15. 12Hasbullah, Sejarah Pendidikan,53-54. 13 Juni 14, 2007 (http://forum.dudung.net/index.php/topic,5369.0.html),diakses tanggal 30 Nopember 2009 14 A Mustafa dan Abdullah Aly.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (SPII).(Bandung:Pustaka Setia,1998),54. 15 Mustafa.Sejarah Pendidikan Islam,54. 16 Mustafa.Sejarah Pendidikan Islam,55. 17 Ibid,56. 18 Hasbullah Sejarah Pendidikan,32. 19 Mustafa.Sejarah Pendidikan Islam ,57. 20 Muhammad Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta:Hidakarya Agung,1996),216 21 Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986), 137-141 22 Mustafa.Sejarah Pendidikan Islam,38. 23 Ibid,39. 24 Ibid, 142-144 25 Ibid,64-65. 26 Yunus, Sejarah Pendidikan, 322-323. 27 Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan, 144. 28 Yunus.Sejarah Pendidikan Islam ,221-222.
Sabtu, 21 April 2012
Karya Ilmiah Pencemaran lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sudah kita ketahui, bahwa didunia ini limbahnyasudah melimpah khususnya di Indonesia, sudah berapa limbah yang tercemar, baik itu limbah industri maupun limbah rumah tangga (pemukiman). Limbah pemukiman dapat terjadi karena adanya pembuanga sisa-sisa dan limbah industri dan dari produksi oleh para pemukiman (penduduk atau rumah tangga). Limbah pemukiman juga dapat disebabkan oleh tumbuh-tumbuhan dan hewan yang membuang kotorannya disembarangan tempat seperti : di jalan, di kaki lima, dan dimana saja semaunya. Limbah juga banyak diprediksi oleh para ahli limbah yang banyak membuktikan pencemaran udara ialah limbah pemukiman masayarakat, seperti bungkus-bungkus makanan, bungkus deterjen dan sebagianya. Limbaha pemukiman masayarakat sangat banyak dampaknya bagi pertumbuhan makhluk hidup terutama bagi manusia. Limbah pemukiman masayarakat mempunyai dampak bagi manusia yaitu seperti penyakit diare, tifus bahkan ada juga yang deman, batuk berdarah karena virus yang berasal dari sampah yang tidak diolah dengan baik. Limbah pemukiman masyarakat sudah merupakan salah satu hal yang harus ditangani dengan baik dan benar. Karena sudah diprediksimenjasi sumber dari segala sumber masalah yang ada di lingkungan masyarakat sekitar. Dengan ini pemerintah sudah menerapkan salah satu hal untuk mencegah hal tesebut yaitu dengan membuat peraturan di sekitar lingkungan masyarakat. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang diatas, maka dapat kita ketahui rumusan masalahnya, antara lain : 1. Bagaimanakah dampak limbah pada permukiman masyarakat. 2. Bagaimanakah mencegah limbah tersebut ! 3. Bagamanakah menanggulangi limbah tersebut pada lingkungan yang hidup ? C. Tujuan 1. Untuk memberikan kesadaran kepada kita betapa pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan kita agar terlindungi dari pencemaran udara. 2. Supaya siswa/i yang sudah belajar hal yang mengenai limbah dapat memberikan informasi kepada masyarakat agar tidak membuang limbah di sembarangan tempat. D. Manfaat Adapun manfaat dari karya tulis ini adalah : 1. Jika pencemaran limbah belum terjadi, maka kita berusaha untuk tidak membuat limbah pemukiman pada masyarakat. 2. Jika limbah itu sudah terjadi, maka kita harus bisa menanganinya dengan baik dan benar BAB II LANDASAN TEORI A. Dampak Dampak adalah sesuatu yang berasal dari sesuatu yang di lakukan ( www.goggle.com ) Menurut suherman dampak Pengertian 'Dampak' , dalam hal ini adalah segala sesuatu yang ditimbulkan akibat adanya 'sesuatu yang dilakukan baik itu positif atau pun negative Dampak secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat. Dalam setiap keputusan yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai ( wekipedia) B. Pencemaran Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaandisuatu tempat penampungan air seperti danau, sungai,lautan dan air tanah akibat aktifitas manusia atau masuknya zat atau bahan pencemar ke dalam air yang berdampak negatif terhadap manusia, hewan, tumbuhan atau organisme yang tinggal di lingkungan tersebut. Pencemaran (polusi) adalah proses masuknya polutan ke dalam suatu lingkungan sehingga menurunkan mutu sesuatu tersebut Pencemaran adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau Sifat alami air mengakibatkan dampak pencemaran air. C. Pemukiman Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman. D. Masyarakat Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.Seperti; sekolah, keluarga,perkumpulan, Menurut selo soemarja Masyarakat merupakan gabungan dari individu-individu,yang tergabung kedalam suatu perkumpulan BAB IV PEMBAHASAN A. Bagaimanakah dampak limbah pada pemukiman masyarakat ? Dampak limbah pada pemukiman masyarakat umumnya adalah Polutan dari yang berasal dari limbah pemukiman Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, tiksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek thermal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air dan Aktivitas domestik industri dalam rumah tangga berperan besar dalam proses pencemaran air. Dampak pencemaran air oleh limbah pemukiman pada masyarakat. Dampak pencemaran air yang disebabkan oelh limbah pemukian antara lain : Berkurangnya jumlah oksigen yang digunakan oleh bakteri untuk melakukan proses pembusuk an sampah. Sampah anorganik ke sungai, dapat berakibat menghalangi cahaya matahari sehingga menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang mengahasilkan oksigen. Deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap aktif untuk jangka waktu yang lama di dalam air, mencemari air dan merasuni berbagai organisme air. Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada sungai atau danau yang merangsang pertumbuhan ganggang dan enceng gondok (eichornia crassipes). Tumbuhan air yang mati membawa akibat prose pembusukan tumbuhan ini akan mengendapkan dan menyebabkan pendangkalan Material pembusukan tumbuhan air akan mengendapkan dan menyebabkan pendangkalan. Pertumbuhan ganggang dan enceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya photo sintesis. Pada tingkat pencemaran akut, air tidak bisa dikonsumsi, membahayakan kesehatan, bahkan mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, sudah seharusnya masyarakat memahami cara menanggulangi pencemaran air yang benar. Secara kasat mata, aktivitas masyarakat yang rentan menimbulkan pencemaran adalah membuang sampah sembarangan, mengabaikan pengelolaan limbah, dan penggunaan bahan-bahan berbahaya seperti deterjen fosfat.Pada umumnya, air yang tercemar mengandung logam berat yang secara perlahan-lahan menumpuk pada organ manusia akan menimbulkan bermacam-macam penyakit. Dalam lingkungan air yang tercemar, logam diserap oleh tumbuhan, dan ketika dikonsumsi oleh manusia dalam bentuk sayuran, dampaknya pun sama dengan mengonsumsi air tercemar. Cara terbaik untuk menanggulangi pencemaran air adalah dengan meminimalisir penggunaan bahan-bahan berbahaya, dan mengolah limbah secara bijaksana. Sumber Air Limbah Air limbah bersumber dari beberapa kelompok sebagai berikut. a. Air limbah rumah tangga. Pemukiman penduduk menjadi penyumbang terbesar limbah rumah tangga yang biasanya berupa air tinja dan air seni, bekas cucian dapur yang mengandung bahan-bahan organik, atau air bekas mandi dan mencuci yang umumnya mengandung detergen. b. Air limbah industri, baik industri skala besar maupun industri menengah kecil dan keluarga. Industri menengah kecil dan industri keluarga merupakan penyumbang limbah terbesar, sebab pada industri besar biasanya sudah ada pengolahan limbah terpadu. Limbah industri timbul sebagai akibat proses produksi yang melibatkan zat-zat berbahaya seperti nitrogen, sulfida, amonia, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. c. Limbah perkantoran, yang umumnya menyerupai limbah rumah tangga. Penyumbang limbah ini adalah kawasan perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, dan tempat-tempat umum lainnya. Karakteristik Limbah Kita hendaknya mengenal karakteristik air limbah untuk mengetahui dampaknya terhadap lingkungan, dan bagaimana cara pengolahan yang baik agar tidak membahayakan kehidupan ekologis. Beberapa karakteristik air limbah adalah sebagai berikut: a. Karakteristik fisik Secara fisik, air limbah mengandung partikel-partikel padat. Pada limbah industri, partikel padat bisa berupa sisa-sisa bahan yang tidak terolah atau bahan-bahan pencampur dalam proses pembilasan. Sedangkan pada limbah keluarga dan perkantoran, partikel padat bisa berupa sisa-sisa kertas, plastik, styrofoam, bahan makanan keluarga, dan sebagainya. b. Karakteristik kimiawi Air limbah memiliki sifat basa, karena secara umum, air tersebut mengandung zat-zat kimia anorganik yang secara alami terdapat dalam air, yang bercampur dengan zat organik dari penguraian bakteri. Setelah pembusukan, air tersebut bersifat asam. Senyawa organik dalam air limbah merupakan gabungan nitrogen dan asam amino, bercampur dengan lemak, sabun, karbohidrat, dan selulosa. c. Karakteristik bakteriologis Air limbah mengandung bakteri patogen dan amuba coli. Kedua jenis mikroorganisme ini tidak berperan dalam proses pengolahan air limbah. Risiko Bahaya Limbah Limbah yang tidak diolah dengan baik akan menimbulkan dampak ekologis yang memengaruhi kesehatan manusia. Beberapa potensi bahaya limbah tak terolah antara lain: 1. Menjadi media penyebaran penyakit, misalnya kolera, tipes, dan disentri. 2. Menjadi tempat perkembangbiakan bakteri patogen yang membahayakan kesehatan. 3. Menjadi sarang nyamuk, karena larva nyamuk berkembang dalam sampah yang membusuk. 4. Pencemaran udara akibat bau menyengat. 5. Mencemarkan air dan lingkungan sehingga mengurangi ketersediaan air bersih. B. Bagaimana mencegah limbah tersebut ? Pengolahan Limbah Alam memiliki mekanisme pengolahan limbah secara alami. Namun, karena kerusakan ekologis yang disebabkan pencemaran, pengolahan alami tersebut tidak bisa berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, selain dukungan sanitasi yang memadai, perlu pengolahan limbah untuk memudahkan alam memproses limbah tersebut secara tuntas. Jadi, sebelum dibuang, limbah perlu diolah, minimal secara sederhana. Beberapa pengolahan limbah sederhana sebagai berikut. a. Pengenceran Pengenceran ini dimaksudkan untuk memudahkan proses pengendapan dan penguraian karena tingkat paparan yang lebih luas sehingga tingkat konsentrasinya lebih rendah. Akan tetapi, cara ini tidak memadai mengingat jumlah penduduk yang semakin bertambah dan volume limbah melebihi batas yang bisa diproses secara alami. b. Kolam Oksidasi Kolam oksidasi bertujuan memproses limbah secara alami dengan memanfaatkan sinar matahari, ganggang, bakteri aerob, dan oksigen. Secara singkat bisa dijelaskan bahwa limbah akan diuraikan oleh bakteri aerob. Bakteri tersebut memerlukan oksigen dalam jumlah cukup yang disediakan oleh ganggang. Ganggang mengeluarkan oksigen pada proses fotosintesis dengan menggunakan sinar matahari. Ganggang mengambil unsur-unsur makanan yang diuraikan oleh bakteri aerob. Setelah beberapa hari, kandungan polutan limbah menurun drastis dan aman dibuang ke lingkungan. Masih diperlukan pengembangan lain dalam teknik pengolahan limbah, terutama limbah-limbah dengan kadar polutan tinggi yang tidak cukup diuraikan dengan proses sederhana di atas. Mudah-mudahan generasi penerus melanjutkan inovasi-inovasi tersebut untuk menjaga kelestarian lingkungan.Untuk mencegah agar supaya limbah pemukiman tidak menyebabkan pencemaran lingkungan, C. Cara Menanggulanginya Limbah dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Apabila hal ini sudah terlanjur ada didalam lingnkungan hidup kita, maka harus ada upaya penanggulangannya limbah pemukiman. Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi limbah pemukiman yaitu sebagai berikut : Tidak membuang sampah kesungai Tidak memakai deterjen secara berlebihan Tidak melakukan pembuangan industri yang mengandung Pb,Hg, Zn karena dapat mencemari lingkungan / peraiaran. Limbah dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Apabila hal ini sudah terlanjur ada didalam lingnkungan hidup kita, maka harus ada upaya penanggulangannya limbah pemukiman. Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi limbah pemukiman yaitu : Mengelolah sampah Membuang sampah ditempatnya Tidak membuang sampah kesungai BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Bahan dan Metode Penelitian Bahan yang di gunakan adalah sampah organic dan anorganik serta metode yang di gunakan adalah metode lapangan yakni datang kepada sumbernya tersebut B. Bentuk penelitian Bentuk karya imiah ini di tulis dengan penelitian kualitatif C. Subjek penelitian Sampah, air, dan Masyarakat yang ada di dekat sungai atau limbah D. Variable penelitian, Variabel yang di gunakan adalah variable adventif E. Tempat dan waktu penelitian Tempat Waktu dan tanggal Yang diteliti Sungai 13 April 2012 Bagian yang terdapat sampah dan air kotor Sampah 14 April 2012 Bagian sampah organic dan anorganik Masyarakat 15 April 2012 Tentang pembuagan sampah sembarangan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari berbagai pembahasan di atas maka dapat dapat di ambil benang merah dari pembahasan di atas Dampak limbah pada pemukiman masyarakat umumnya adalah Polutan dari yang berasal dari limbah pemukiman Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang berdampak parah terhadap seluruh ekosistem diantaranya Deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap aktif untuk jangka waktu yang lama di dalam air, mencemari air dan merasuni berbagai organisme air. Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada sungai atau danau yang merangsang pertumbuhan ganggang dan enceng gondok (eichornia crassipes). . Secara kasat mata, aktivitas masyarakat yang rentan menimbulkan pencemaran adalah membuang sampah sembarangan, mengabaikan pengelolaan limbah, dan penggunaan bahan-bahan berbahaya seperti deterjen fosfat.Pada umumnya, air yang tercemar mengandung logam berat yang secara perlahan-lahan menumpuk pada organ manusia akan menimbulkan bermacam-macam penyakit dan untuk menanggulanginya di lakukan cara-cara sebagai berikut Tidak membuang sampah kesungai Tidak memakai deterjen secara berlebihan Tidak melakukan pembuangan industri yang mengandung Pb,Hg, Zn karena dapat mencemari lingkungan / peraiaran. Limbah dapat menimbulkan kerusakan lingkungan. Apabila hal ini sudah terlanjur ada didalam lingnkungan hidup kita, maka harus ada upaya penanggulangannya limbah pemukiman. Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi limbah pemukiman yaitu : Mengelolah sampah Membuang sampah ditempatnya Tidak membuang sampah kesungai B. SARAN Setelah membaca membaca karya tulis ini, penulis berharap dapat berguna bagi kita semua terkhusus bagi SMA Negeri 1 Abab dan juga penulis menerima kritik dan saran guna perbaikan karya ilmiah ini serta penulis menyarankan kepada semua siswa siswi di SMA Negeri 1 Abab ini untuk tidak. 1. Tidak membuang sampah sembarangan 2. Dapat Mengelolah sampah dengan baik 3. Dapat menanggulangi limbah dengan baik DAFTAR PUSTAKA Koran exspress,2010 LP3K Gegrafi SMP, ,tiga Serangkai,1998, Strisno,Kamus Besar bahasa Indonesia.Wikeidiaputra cemerlang 2006. Sumber : http://www.anneahira.com/cara-menanggulangi-pencemaran-air.htm www.hendyazizirrohiipelangi18saudara.bogspot.com
Karya Ilmiah Narkoba dan pencegahanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahaya narkoba atau narkotika telah diketahui secara luas. Namun masih, saja banyak yang doyan menikmati barang laknat itu. Kali ini eL-Ka, menguraikan apa saja sih yang termasuk dalam golongan narkoba dan bahayanya. Agar kita semua menghindarinya. Mitra muda, tak dapat dipungkiri bahwa narkoba merupakan wabah paling berbahaya yang menjangkiti manusia di seluruh pelosok bumi. Tidak diragukan lagi, bahwa kelemahan iman dan ketidakbersimpuhan kepada Allah dalam segala kesulitan merupakan faktor terpenting yang mengkondusifkan kecanduan narkoba. Manusia yang taat beragama pasti akan jauh dari neraka narkoba. Tidak mungkin dia akan mengulurkan tangannya pada narkoba, baik membeli, mengedarkan, maupun menyelundupkannya. Sebab, jalan narkoba adalah jalan setan dan jalan Allah tidak mungkin bertemu dengan jalan setan. Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar.Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan. Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja seperti Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian, Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran, Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah, Sering menguap, mengantuk, dan malas, Tidak memedulikan kesehatan diri, Suka mencuri untuk membeli narkoba. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, masalah – masalah yang muncul dapat di identifikasi sebagai berikut : 1. Banyaknya masyarakat belum mengetahui bahayanya narkoba. 2. Banyaknya masyarakat belum memiliki pemahaman tentang bahaya narkoba. 3. Banyaknya masyarakat belum memiliki konsep hidup sehat. C. Rumusan masalah Di dalam karya ilmiah ini penulis menyipulkan bahwa rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apa sajakah jenis-jenis Narkoba dan bahayanya ? 2. Upaya pencegahan pengedaran ? 3. Bagaimana mengatasi orang yang sudah tercandu narkoba ? D. Tujuan penelitian Penulisan karya tulis ini bertujuan : 1. Agar Banyaknya masyarakat dapat mengetahui bahayanya narkoba. 2. Agar Banyaknya masyarakat dapat mengetahui pemahaman tentang bahaya narkoba. 3. Agar Banyaknya masyarakat memiliki konsep hidup sehat. E. Manfaat penelitan Diantaranya manfaat penelitian adalah : 1. Bagi mahasiswa dapat dijadikan pelajaran yang sangat berharga terutama Mahasiswa Universitas Terbuka Palembang. 2. Dapat di jadikan pedoman dalam hidup sehat tanpa harus Narkoba. 3. Untuk pembaca semoga karya ilmiah ini dapat di jadikan acuan untuk tidak menggunakan narkoba dalam kehidupan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahaya Di dalam kamus besar bahasa Indonesia bahaya adalah akibat ( bencana ) Menurut sukardiman bahaya adalah sesuatu yang (mungkin) mendatangkan kecelakaan (bencana, kesengsaraan, kerugian, dan sebagainya. Menurut kartajaningrat bahaya adalah sesuatu yang di timbulkan akibat dari suatu perbuatan yang melampaui batas dari suatu kerja atau suatu usaha. B. Narkoba Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya Menurut surakarsa Narkoba adalah “Bahan zat baik secara alamiah maupun sintetis yaitu narkotika, psikotropika dan zat adiktif” Menurut B. Simanjuntak Narkotika berasal dari kata “narcissus”, sejenis tumbuh-tumbuhan yang mempunyai bunga yang dapat membuat orang menjadi tak sadar. Menurut Ensiklopedia Indonesia IV (1980:2336) Pengertian narkotika secara farmologi medis adalah obat yang dapat menghilangkan (terutama) rasa nyeri yang berasal dari daerah viseral dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong, masih sadar tetapi harus digerakkan) serta adiksi. Pengetian umumNarkotika Zat-zat (obat) baik dari alam atau sintesis maupun semi sintesis yang dapat menimbulkan ketidak sadaran atau pembiusan. Efek narkotika disamping membius dan menurunkan kesadaran juga mengakibatkan daya khayal/halusinasi (ganja) serta menimbulkan daya rangsang/stumulus (cocaine). BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research ) dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian yang prosedurnya menghasilakn data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari nara sumber dan dokumen-dokumen yang ada. B. Waktu dan tempat penelitian Penelitian yang akan dilakukan selama 1 bulan terhitung karya ilmiah ini diajukan. Sedangkan lokasi penelitianya dilakukan dilkukan pada lingkungan sekitar. C. Sumber data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yakni data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh di lapangan yang di anggap bahan pokok dalam pembahasan karya ilmiah ini. Data tersebut berasal dari informan penelitian ( pecandu ) sebanyak 1 orang yang merupakan sumber dari hasil wawancara dan pengamatan secara langsung. Data sekunder adalah data penunjang dari karya ilmiah ini seperti mantan pecandu narkoba D. Tekhnik pengumpulan data Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut : a. Interview / Wawancara Percakapan dengan maksud tertentu percakapan dengan maksud tertentu percakapn dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pernyataan. Penulisan menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang Bahayanya Narkoba. b. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data tentang hal-hal variabel yang berupa catatan, transkrip,dan buku atau media lainya yang berkaitan dengan karya ilmiah yang penulis buat E. Teknik analisis data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan diantaranya adalah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan / verfikasi, pertama setelah pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya adalah mereduksi data yang telah diperoleh yaitu dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, mengorganisasikan data dengan demikian maka dapat di tarik kesimpulan. Tahap kedua data akan di sajikan dalam bentuk narasi, kemudian tahap ketiga akan dilakukan penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh. F. Sistemika pembahasan Untuk mempermuda mengetahui secara keseluruhan isi penelitian ini maka disusun sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I : Merupakan bab pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan karya ilmiah dan manfaat dari karya ilmiah ini. BAB II : Merupakan bab kajian pustaka atau kerangka teori yang menjelaskan pengertian bahaya dan Narkoba BAB III : Merupakan bab Metodelogi penelitian yakni biasanya dijelaskan secara rinci mengenai penelitian seperti Jenis Penelitian, Waktu dan tempat penelitian, Sumber data, Tekhnik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : Pembahasan dari karya ilmiah ini yang terdiri dari Apa sajakah jenis-jenis Narkoba dan bahayanya ? Upaya pencegahan pengedaran Bagaimana cara mengatasi orang yang sudah tercandu narkoba ? BAB V : Merupakan bab penutup Terdiri dari Kesimpulan dan saran. BAB IV PEMBAHASAN A. Apa sajakah jenis-jenis Narkoba dan Bahayanya? Bermacam-macam Jenis Narkoba Bahayanya yang ada diantaranya : 1. Opium Opium adalah jenis narkotika yang paling berbahaya. Dikonsumsi dengan cara ditelan langsung atau diminum bersama teh, kopi atau dihisap bersama rokok atau syisya (rokok ala Timur Tengah). Opium diperoleh dari buah pohon opium yang belum matang dengan cara menyayatnya hingga mengeluarkan getah putih yang lengket. Pada mulanya, pengonsumsi opium akan merasa segar bugar dan mampu berimajinasi dan berbicara, namun hal ini tidak bertahan lama. Tak lama kemudian kondisi kejiwaannya akan mengalami gangguan dan berakhir dengan tidur pulas bahkan koma. Jika seseorang ketagihan, maka opium akan menjadi bagian dari hidupnya. Tubuhnya tidak akan mampu lagi menjalankan fungsi-fungsinya tanpa mengonsumsi opium dalam dosis yang biasanya. Dia akan merasakan sakit yang luar biasa jika tidak bisa memperolehnya. Kesehatannya akan menurun drastis. Otot-otot si pecandu akan layu, ingatannya melemah dan nafsu makannya menurun. Kedua matanya mengalami sianosis dan berat badannya terus menyusut. 2. Morphine Orang yang mengonsumsi morphine akan merasakan keringanan (kegesitan) dan kebugaran yang berkembang menjadi hasrat kuat untuk terus mengonsumsinya. Dari sini, dosis pemakaian pun terus ditambah untuk memperoleh ekstase (kenikmatan) yang sama. Kecanduan bahan narkotika ini akan menyebabkan pendarahan hidung (mimisan) dan muntah berulang-ulang. Pecandu juga akan mengalami kelemahan seluruh tubuh, gangguan memahami sesuatu dan kekeringan mulut. Penambahan dosis akan menimbulkan frustasi pada pusat pernafasan dan penurunan tekanan darah. Kondisi ini bisa menyebabkan koma yang berujung pada kematian 3. Heroin Bahan narkotika ini berbentuk bubuk kristal berwarna putih yang dihasilkan dari penyulingan morphine. Menjadi bahan narkotika yang paling mahal harganya, paling kuat dalam menciptakan ketagihan (ketergantungan) dan paling berbahaya bagi kesehatan secara umum. Penikmatnya mula-mula akan merasa segar, ringan dan ceria. Dia akan mengalami ketagihan seiring dengan konsumsi secara berulang-ulang. Jika demikian, maka dia akan selalu membutuhkan dosis yang lebih besar untuk menciptakan ekstase yang sama. Karena itu, dia pun harus megap-megap untuk mendapatkannya, hingga tidak ada lagi keriangan maupun keceriaan. Keinginannya hanya satu, memperoleh dosis yang lebih banyak untuk melepaskan diri dari rasa sakit yang tak tertahankan dan pengerasan otot akibat penghentian pemakaian. Pecandu heroin lambat laun akan mengalami kelemahan fisik yang cukup parah, kehilangan nafsu makan, insomnia (tidak bisa tidur) dan terus dihantui mimpi buruk. Selain itu, para pecandu heroin juga menghadapi sejumlah masalah seksual, seperti impotensi dan lemah syahwat. Sebuah data statistik menyebutkan, angka penderita impotensi di kalangan pecandu heroin mencapai 40% c. Codeine Codeine mengandung opium dalam kadar yang sedikit. Senyawa ini digunakan dalam pembuatan obat batuk dan pereda sakit (nyeri). Perusahaan-perusahaan farmasi telah bertekad mengurangi penggunaan codeine pada obat batuk dan obat-obat pereda nyeri. Karena dalam beberapa kasus, meski jarang, codeine bisa menimbulkan kecanduan. d. Kokain Kokain disuling dari tumbuhan koka yang tumbuh dan berkembang di pegunungan Indis di Amerika Selatan (Latin) sejak 100 tahun silam. Kokain dikonsumsi dengan cara dihirup, sehingga terserap ke dalam selaput-selaput lendir hidung kemudian langsung menuju darah. Karena itu, penciuman kokain berkali-kali bisa menyebabkan pemborokan pada selaput lendir hidung, bahkan terkadang bisa menyebabkan tembusnya dinding antara kedua cuping hidung. Problem kecanduan kokain terjadi di Amerika Serikat, karena faktor kedekatan geografis dengan sumber produksinya. Dengan proses sederhana, yakni menambahkan alkaline pada krak, maka pengaruh kokain bisa berubah menjadi sangat aktif. Jika heroin merupakan zat adiktif yang paling banyak menyebabkan ketagihan fisik, maka kokain merupakan zat adiktif yang paling bayak menyebabkan ketagihan psikis. Setiap tahun, Amerika Serikat membelanjakan anggaran 30 miliar dollar untuk kokain dan krak. Tak kurang dari 10 juta warga Amerika mengonsumsi kokain secara semi-rutin. Pemakaian kokain dalam jangka pendek mendatangkan perasaan riang-gembira dan segar-bugar. Namun beberapa waktu kemudian muncul perasaan gelisah dan takut, hingga halusinasi. e. Amfitamine Obat ini ditemukan pada tahun 1880. Namun, fakta medis membuktikan bahwa penggunaannya dalam jangka waktu lama bisa mengakibatkan risiko ketagihan. Pengguna obat adiktif ini merasakan suatu ekstase dan kegairahan, tidak mengantuk, dan memperoleh energi besar selama beberapa jam. Namun setelah itu, ia tampak lesu disertai stres dan ketidakmampuan berkonsentrasi, atau perasaan kecewa sehingga mendorongnya untuk melakukan tindak kekerasan dan kebrutalan. Kecanduan obat adiktif ini juga menyebabkan degup jantung mengencang dan ketidakmampuan berelaksasi, ditambah lemah seksual. Bahkan dalam beberapa kasus menimbulkan perilaku seks menyimpang. Termasuk derivasi (turunan) obat ini adalah obat yang disebut “captagon”. Obat ini banyak dikonsumsi oleh para siswa selama musim ujian, padahal prosedur penggunaannya sebenarnya sangat ketat dan hati-hati. f. Ganja Ganja memiliki sebutan yang jumlahnya mencapai lebih dari 350 nama, sesuai dengan kawasan penanaman dan konsumsinya, antara lain; mariyuana, hashish, dan hemp. Adapun zat terpenting yang terkandung dalam ganja adalah zat trihidrocaniponal (THC). B. Upaya Pencegahan pengedaran Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah peredaran narkoba. cara tersebut antara lain : Mengadakan pengawasan yang ketat terhadap barang barang yang masuk Memberikan hukuman yang berat terhadap pengedar dan pemakai narkoba. Melakukan kerja sama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba, atau mungkin mengadakan razia mendadak secara rutin. Kemudian pendampingan dari orang tua siswa itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah. Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa. Meningkatkan iman dan taqwa melalui pendidikan agama dan keagamaan baik di sekolah maupun di masyarakat. Meningkatkan peran keluarga melalui perwujudan keluarga sakinah, sebab peran keluarga sangat besar terhadap pembinaan diri seseorang. Hasil penelitia menunjukkan bahwa anak-anak nakal dan brandal pada umumnya adalah berasal dari keluarga yang berantakan (broken home). Penanaman nilai sejak dini bahwa Narkoba adalah haram Sebagaimana haramnya Babi dan berbuat zina. Meningkatkan peran orang tua dalam mencegah Narkoba, di Rumah oleh Ayah dan Ibu, di Sekolah oleh Guru/Dosen dan di masyarakat oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat serta aparat penegak hokum C. Bagaimana mengatasi orang yang sudah tercandu narkoba ? Sering kali kita dengar pecandu narkoba dn berikut tips yang dapat kita ambil agar supaya kita bisa merubah seseorang pecandu jika memang si pecandu memang mau berubah dan tidak akan mengkonsumsi barang haram tersebut. 1. Niat Sadarkanlah orang yang tercandu narkoba dengan niatkan dia karena Itulah langkah awal yang sangat bagus. 2. Keteguhan (Istiqomah) Hal ini berarti kita tetap kukuh (istiqomah) untuk melaksanakan kemauan “untuk berhenti”, tidak peduli walau ada aral melintang menghadang. Bagaimana wujudnya? Semisal ada dorongan dari diri anda atau anda dirayu orang lain, untuk memakai narkoba, maka anda tetap kukuh untuk tidak memakai narkoba tersebut sekukuh-kukuhnya. Walaupun akibatnya, mungkin anda mengalami siksaan yang sangat berat akibat sakaw dan dijauhi teman sesama pemakai (anda malah harus benar-benar bersyukur, kalau anda dijauhi teman anda yang pecandu). Nah, pada saat proses sakaw inilah anda membutuhkan bantuan orang lain (orang dekat yang mendukung, misal pacar, adik, kakak atau orang tua) untuk mengawasi tindakan anda. Inilah proses yang paling berat dalam proses penyembuhan, karena dalam proses ini muncullah godaan dan rayuan yang bertubi-tubi untuk memakai barang haram tersebut. 3. Sugesti Sugesti adalah sebuah dorongan yang berasal dari luar diri kita (di luar alam bawah sadar) yang memberikan efek stimulan (perangsang) ke dalam alam bawah sadar untuk melakukan respon atas dorongan tersebut. Hasil (respon) dari alam bawah sadar tentang sugesti dapat bersifat positif dan negatif. Sugesti bisa berupa banyak hal seperti : kata-kata, suasana lingkungan yang nyaman disekitar kita, aroma wewangian, efek obat-obatan dan lain-lain. 4. Libatkan pihak lain. Untuk menjaga konsistensi rehabilitasi Anda, dibutuhkan bantuan pihak lain seperti keluarga, dokter, psikiater, atau panti rehabilitasi. Pihak inilah yang terutama akan mengawasi tindakan anda ketika sakaw, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, yang mungkin secara tidak sadar bisa anda lakukan. 5. Jauhi lingkungan atau teman pecandu Sehebat-hebatnya Anda menjalani rehabilitasi, tak akan ada gunanya kalau anda masih bergaul dengan lingkungan atau teman pecandu narkoba. Karena, bukan tidak mungkin anda akan kembali ditawari narkoba (atau bahkan dipaksa) oleh teman anda yang pecandu. Keluarga, pacar, dokter juga tidak mungkin bisa mengawasi anda terus-menerus selama 24 jam. Jadi, berpikirlah sejuta kali untuk tetap bergaul dengan teman pecandu apabila anda ingin benar-benar berhenti memakai narkoba. 6. Banyaklah berdo’a dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan Karena sesungguhnya Allah sangat dekat bagi orang yang mau mendekati. Allah juga selalu membukakan pintu bagi orang-orang yang mau bertaubat. Semoga Tuhan selalu memberi kekuatan kepada kita dalam menghadapi segala cobaan. Yakinlah, bahwa Tuhan memberi kita cobaan, karena kita sanggup memikul cobaan tersebut. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Bahaya narkoba atau narkotika telah diketahui secara luas. Namun masih, saja banyak yang doyan menikmati barang laknat itu. Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar.Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok dan Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja seperti Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian, Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran, Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah, Sering menguap, mengantuk, dan malas, Tidak memedulikan kesehatan diri, Suka mencuri untuk membeli narkoba. Dan sebaiknya melakukan pencegahan dengan : 1) Masyarakat perlu menghindari diri dari penyebaran narkoba 2) Upaya pemerintah memberikan penyuluhan tentang penyebaran narkoba 3) Narkoba adalah barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susunan syaraf yang bisa merubah sebuah kepribadian seseorang menjadi semakin buruk 4) Narkoba adalah sumber dari tindakan kriminalitas yang bisa merusak norma dan ketentraman umum 5) Menimbulkan dampak negative yang mempengaruhi pada tubuh baik secara fisik maupun psikologis. B. Saran 1. Hendaknya masyarakat peduli tentang kesehatan 2. Pemerintah hendaknya segera mencari solusi agar penyebaran narkoba tidak terjadi lagi 3. Hendaknya Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah. Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa.Karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan tercela seperti ini pun, akhirnya mereka jalani. Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku pendidik, pengajar, dan sebagai orang tua, harus sigap dan waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak kita sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik kita, dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan kita untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik.
Jumat, 20 April 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakatseluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruhdunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi jugateknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut.
Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya.Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagaiproses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa
Globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakatdunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah diseluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992).
Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi.Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana denganteknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya
B. Identfikasi masalah
Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan,misalnya :
1. Hilangnya budaya asli suatu daerah,
2. Terjadinya erosi nilai-nilai budaya,
3. Menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme,
4. Hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong,
5. Kehilangan kepercayaan diri – gaya hidup kebarat-baratan
C. Rumusan masalah
Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia berikut masalah yang ada pada globalisasi.
1. Apakah Globalisasi dan kebudayaan itu ?
2. Bagaimanakah Globalisasi dalam kebudayaan tradisional di Indonesia ?
3. Bagaimana perubahan Budaya dalam Globalisas kesenian yang bertahan dan yang tersisihkan ?
4. Bagaimanakah pengaruh Globalisasi terhadap budaya bangsa ?
5. Pengaruh dan dampak yang ditimbulkan Globalisasi Terhadap Masyarakat desa betung ?
6. Tindakan yang mendorong timbulnya Globalisasi dan kebudayaan serta cara Mengantisipasi adanya Globalisasi Kebudayaan.
D. Tujuan penelitian
Dengan adanya karya ilmiah ini muda-mudahan dapat dijadikan pembelajaran bagi kita semua terkhusus para mahasiswa universitas terbuka Palembang
E. Manfaat penulisan
Di dalam penulisan karya ilmiah ini diharapkan :
1. Sebagai mahasiswa dapat menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada!
2. Dapat dijadikan pendorong untuk terus melakukan perbaikan terhadap pemanasan Global
3. Dengan adanya makalah ini muda-mudahan bermanfaat bagi kita semua!
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengaruh
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Pengaruh adalah “bagian sesuatu yang sangat mendominasi sesuatu yang dilakukan”.
Menurut sumarno pengaruh adalah “sesuatu bagian yang sangat berkaitan yang menjadikan suatu perkerjaan menjadi berhasil atau tidak”.
Menurut kardiman di dalam buku konsep keberhasilan ia mengatakan bahwa pengaruh tersebut adalah bagian dari perkerjaan yang menjadikan perkerjaan tersebut menjadi sempurna”.
Jadi dapat disimpulkan oleh penulis bahwa pengaruh tersebut adalah bagian sesuatu yang sangat mendominasi sesuatu yang dilakukan menjadikan suatu perkerjaan menjadi berhasil atau tidak atau bahkan merusak.
B. Globalisasi
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.
Globalisasi menurut surakarsa adalah sesuatu peradaban manusia dimana manusia di tuntut untuk mengiktui zaman yang bergerrak secara terus menerus.
Globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah diseluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992).
Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut.
Jadi dari berbagai definisi di atas maka dapat di ambil kesimpulan oleh penulis bahwa Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang di tuntut untuk mengiktui zaman yang bergerrak secara terus menerus dan berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di dunia.
C. Kebudayaan
Kebudayaan menurut kamus besar Bahasa Indonesia di artikan sebagai tata cara atau kebiasaan.
Menurut kardiman kebudayaan adalah sesuatu hasil yang dilakukan oleh manusia secara turun temurun dalam masa tenggang waktu lama.
Menurut sukardi kebudayaan adalah suatu kebiasaaan yang dilakukan orang yang terdahulu dan sampai sekarang masih dilakukan.
Menurut Selo soemarja kebuadayaan adalah hasil cipta rasa dan karsa yang di buat oleh manusia dalam konteks seni.
Menurut kartajaningrat bahwa definisi dari kebudayaan tersebut adalah suatu kebiasaaan dimana manusia bisa saling bertemu sama lain dalam masyarakat banyak dan melakukan rutinitas sebagai kegiatan rutin yang tidak bisa di tinggalkan.
Menurut Soekanto kebudayaan adalah proses dimana manusia bisa berintraksi dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh pemuka pemuka adat yang dilakukan dalam waktu lama.
Dari definisi di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah tata cara atau kebiasaan yang dilakukan orang yang terdahulu dan sampai sekarang masih dilakukan dilakukan oleh manusia secara turun temurun dalam masa tenggang waktu lama atau bahkan tidak akan pernah hilang di dunia.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research ) dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian yang prosedurnya menghasilakn data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisn dari nara sumber dan dokumen-dokumen yang ada.
B. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian yang akan dilakukan selama 3 bulan terhitung karya ilmiah ini diajukan. Sedangkan lokasi penelitianya dilakukan Desa Betung Kecamatan Abab
C. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yakni data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh di lapangan yang di anggap bahan pokok dalam pembahasan karya ilmiah ini. Data tersebut berasal dari informan penelitian ( Tokoh Masyarakat ) sebanyak 2 orang yang merupakan sumber dari hasil wawancara dan pengamatan secara langsung. Data sekunder adalah data penunjang dari karya ilmiah ini seperti kebiasaan kebudayaan di daerah yang menjadi pembahasan.
D. Tekhnik pengumpulan data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
a. Interview / Wawancara
Percakapan dengan maksud tertentu percakapan dengan maksud tertentu percakapn dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pernyataan. Penulisan menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang pengaruh globalisasi terhadap kebudaayaan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data tentang hal-hal variabel yang berupa catatan, transkrip,dan buku atau media lainya yang berkaitan dengan karya ilmiah yang penulis buat
E. Teknik analisis data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan diantaranya adalah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan / verfikasi, pertama setelah pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya adalah mereduksi data yang telah diperoleh yaitu dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, mengorganisasikan data dengan demikian maka dapat di tarik kesimpulan. Tahap kedua data akan di sajikan dalambentuk narasi, kemudian tahap ketiga akan dilakukan penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh.
F. Sistemika pembahasan
Untuk mempermuda mengetahui secara keseluruhan isi penelitian ini maka disusun sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I : Merupakan bab pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan karya ilmiah dan manfaat dari karya ilmiah ini.
BAB II : Merupakan bab kajian pustaka atau kerangka teori
BAB III : Merupakan bab Metodelogi penelitian yakni biasanya dijelaskan secara rinci mengenai penelitian seperti Jenis Penelitian, Waktu dan tempat penelitian, Sumber data, Tekhnik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : Pembahasan dari karya ilmiah ini yang terdiri dari pengaruh Globalisasi terhadap Kebudayaan di daerah betung Apakah Globalisasi dan kebudayaan itu ? Bagaimanakah Globalisasi dalam kebudayaan tradisional di Indonesia ? Bagaimana perubahan Budaya dalam Globalisas kesenian yang bertahan dan yang tersisihkan ? Bagaimanakah pengaruh Globalisasi terhadap budaya bangsa ? Pengaruh dan dampak yang ditimbulkan Globalisasi Terhadap Masyarakat desa betung ? Tindakan yang mendorong timbulnya Globalisasi dan kebudayaan serta cara Mengantisipasi adanya Globalisasi Kebudayaan
BAB V : Merupakan bab penutup Terdiri dari Kesimpulan dan saran.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Globalisasi dan Budaya
Globalisasi yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa.Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya.Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju.
Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuahproses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradabandunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalamproses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalamproses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing.
Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilakudunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia . Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
B. Globalisasi dalam Kebudayaan Tradisional di Indonesia
Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia.Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah.
Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat.Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi.
Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti..Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan,wilayah geografisnya.Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya.
Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
C. Perubahan Budaya dalam Globalisasi Kesenian Yang Bertahan dan yang Tersisihkan
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar.Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya.Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas.Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka.Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi.Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia.Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi.
Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat.
Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung.Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
D. Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Bangsa.
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia .Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri .Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas.
Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa).
Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta `menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend dilingkungan anak muda.Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal.Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.
E. Pengaruh dan Dampak yang ditimbulkan Globalisasi Terhadapa Masyarakat Abab.
Pengaruh Globalisasi Terhadap jati diri di Kalangan Generasi Muda Abab. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda.Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja.Apa lagi bagi anak muda, internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang berguna. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya.Misal untuk membuka situs-situs porno, bahkan sampai terkena penipuan.Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu hand phone, apalagi sekarang ini mulai muncul hand phone yang berteknologi tinggi.Mereka justru berlomba-lomba untuk memilikinya, tapi kita lihat alat musik kebudayaan kita belum tentu mereka mengetahuinya.Hal ini jika kita lihat dari segi sosial, maka kepedulian terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih kesibukan dengan menggunakan handphone tersebut.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak tahu sopan santun dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan.Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya generasi muda bangsa? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkhis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai jati diri akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki jati diri?
Marilah kita Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia, terima globalisasi dengan rasa kritis dan banyak melakukan hal positif dalam menggunakan globalisasi yang ada sekarang ini.Sebagai masyarakat Indonesia mulai dari sekarang kita utamakan produk dalam negeri dan kenali kebudayaan kita berikut Dampak Positif Globalisasi Terhadap Masyarakat Abab.
1. Dilihat dari aspek globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis, karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara. Jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa jati diri terhadap negara menjadi meningkat dan kepercayaan masyarakat akan mendukung yang dilakukan oleh pemerintahan.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja yang banyak dan meningkatkan devisa suatu negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang dapat menunjang kehidupan nasional dan akan mengurangi kehidupan miskin.
3. Dari aspek globalisasi sosial budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain yang sudah maju untuk meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa serta akan mempertebal jati diri kita terhadap bangsa. Serta kita juga dapat bertukar ilmu pengetahuan tentang budaya suatu bangsa.
Berikut Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Masyarakat Abab
1. Aspek politik, Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya jati diri bangsa akan luntur dan tidak mungkin lagi bangsa kita akan terpecah belah.
2. Aspek Globalisasi ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (mainan, minuman, makanan, pakaian, dll) membanjiri Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya jati diri bangsa kita. Maka hal ini akan menghilangkan beberapa perusahaan kecil yang memang khusus memproduksi produk dalam negeri.
3. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia dimana dilihat dari sopan santun mereka yang mulai berani kepada orang tua, hidup metal, hidup bebas, dll. Justru anak muda sekarang sangat mengagungkan gaya barat yang sudah masuk ke bangsa kita dan semakin banyak yang cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Serta menambah angka pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. Padahal jati diri bangsa kita dahulu mengutamakan Gotong Royong, tapi kita sering lihat sekarang contohnya saja di perumahan / komplek elit, mereka belum tentu mengenal sesamanya. Dari hal tersebut saja sudah tercermin tidak adanya kepedulian, karena jika tidak kenal maka tidak sayang.
Dampak di atas akan perlahan-lahan mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia, Akan tetapi secara keseluruhan aspek dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau luntur.
Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat Indonesia secara global.Apa yang ada di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita.
Bila dilaksanakan belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dilaksanakan akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
F. Tindakan yang Mendorong Timbulnya Globalisasi Kebudayaan dan Cara Mengantisivasi Adanya Globalisasi Kebudayaan
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural.
Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan.Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi.Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan.
Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan.
Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah.
Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut.
Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik.
Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan.Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara masal dan merata.
Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini.Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis.
Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional.Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik dsb.Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan.
Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat.Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat.Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera.Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia .Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar.Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia.
Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah.Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing. Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa.Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa.
Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal.Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing.
Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu. Globalisasi yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa.Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya.Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia .Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri .Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas.
Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa).
B. SARAN
Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu :
1. Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa.
2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya.
3. Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
4. Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative.
5. Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.
6. Terakhir kalinya penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersipat membangun guna lebih bagus lagi.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakatseluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruhdunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi jugateknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut.
Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya.Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagaiproses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa
Globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakatdunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah diseluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992).
Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi.Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana denganteknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya
B. Identfikasi masalah
Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan,misalnya :
1. Hilangnya budaya asli suatu daerah,
2. Terjadinya erosi nilai-nilai budaya,
3. Menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme,
4. Hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong,
5. Kehilangan kepercayaan diri – gaya hidup kebarat-baratan
C. Rumusan masalah
Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia berikut masalah yang ada pada globalisasi.
1. Apakah Globalisasi dan kebudayaan itu ?
2. Bagaimanakah Globalisasi dalam kebudayaan tradisional di Indonesia ?
3. Bagaimana perubahan Budaya dalam Globalisas kesenian yang bertahan dan yang tersisihkan ?
4. Bagaimanakah pengaruh Globalisasi terhadap budaya bangsa ?
5. Pengaruh dan dampak yang ditimbulkan Globalisasi Terhadap Masyarakat desa betung ?
6. Tindakan yang mendorong timbulnya Globalisasi dan kebudayaan serta cara Mengantisipasi adanya Globalisasi Kebudayaan.
D. Tujuan penelitian
Dengan adanya karya ilmiah ini muda-mudahan dapat dijadikan pembelajaran bagi kita semua terkhusus para mahasiswa universitas terbuka Palembang
E. Manfaat penulisan
Di dalam penulisan karya ilmiah ini diharapkan :
1. Sebagai mahasiswa dapat menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada!
2. Dapat dijadikan pendorong untuk terus melakukan perbaikan terhadap pemanasan Global
3. Dengan adanya makalah ini muda-mudahan bermanfaat bagi kita semua!
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengaruh
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Pengaruh adalah “bagian sesuatu yang sangat mendominasi sesuatu yang dilakukan”.
Menurut sumarno pengaruh adalah “sesuatu bagian yang sangat berkaitan yang menjadikan suatu perkerjaan menjadi berhasil atau tidak”.
Menurut kardiman di dalam buku konsep keberhasilan ia mengatakan bahwa pengaruh tersebut adalah bagian dari perkerjaan yang menjadikan perkerjaan tersebut menjadi sempurna”.
Jadi dapat disimpulkan oleh penulis bahwa pengaruh tersebut adalah bagian sesuatu yang sangat mendominasi sesuatu yang dilakukan menjadikan suatu perkerjaan menjadi berhasil atau tidak atau bahkan merusak.
B. Globalisasi
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.
Globalisasi menurut surakarsa adalah sesuatu peradaban manusia dimana manusia di tuntut untuk mengiktui zaman yang bergerrak secara terus menerus.
Globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah diseluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992).
Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut.
Jadi dari berbagai definisi di atas maka dapat di ambil kesimpulan oleh penulis bahwa Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang di tuntut untuk mengiktui zaman yang bergerrak secara terus menerus dan berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di dunia.
C. Kebudayaan
Kebudayaan menurut kamus besar Bahasa Indonesia di artikan sebagai tata cara atau kebiasaan.
Menurut kardiman kebudayaan adalah sesuatu hasil yang dilakukan oleh manusia secara turun temurun dalam masa tenggang waktu lama.
Menurut sukardi kebudayaan adalah suatu kebiasaaan yang dilakukan orang yang terdahulu dan sampai sekarang masih dilakukan.
Menurut Selo soemarja kebuadayaan adalah hasil cipta rasa dan karsa yang di buat oleh manusia dalam konteks seni.
Menurut kartajaningrat bahwa definisi dari kebudayaan tersebut adalah suatu kebiasaaan dimana manusia bisa saling bertemu sama lain dalam masyarakat banyak dan melakukan rutinitas sebagai kegiatan rutin yang tidak bisa di tinggalkan.
Menurut Soekanto kebudayaan adalah proses dimana manusia bisa berintraksi dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh pemuka pemuka adat yang dilakukan dalam waktu lama.
Dari definisi di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah tata cara atau kebiasaan yang dilakukan orang yang terdahulu dan sampai sekarang masih dilakukan dilakukan oleh manusia secara turun temurun dalam masa tenggang waktu lama atau bahkan tidak akan pernah hilang di dunia.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research ) dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian yang prosedurnya menghasilakn data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisn dari nara sumber dan dokumen-dokumen yang ada.
B. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian yang akan dilakukan selama 3 bulan terhitung karya ilmiah ini diajukan. Sedangkan lokasi penelitianya dilakukan Desa Betung Kecamatan Abab
C. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yakni data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh di lapangan yang di anggap bahan pokok dalam pembahasan karya ilmiah ini. Data tersebut berasal dari informan penelitian ( Tokoh Masyarakat ) sebanyak 2 orang yang merupakan sumber dari hasil wawancara dan pengamatan secara langsung. Data sekunder adalah data penunjang dari karya ilmiah ini seperti kebiasaan kebudayaan di daerah yang menjadi pembahasan.
D. Tekhnik pengumpulan data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
a. Interview / Wawancara
Percakapan dengan maksud tertentu percakapan dengan maksud tertentu percakapn dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pernyataan. Penulisan menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang pengaruh globalisasi terhadap kebudaayaan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data tentang hal-hal variabel yang berupa catatan, transkrip,dan buku atau media lainya yang berkaitan dengan karya ilmiah yang penulis buat
E. Teknik analisis data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan diantaranya adalah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan / verfikasi, pertama setelah pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya adalah mereduksi data yang telah diperoleh yaitu dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, mengorganisasikan data dengan demikian maka dapat di tarik kesimpulan. Tahap kedua data akan di sajikan dalambentuk narasi, kemudian tahap ketiga akan dilakukan penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh.
F. Sistemika pembahasan
Untuk mempermuda mengetahui secara keseluruhan isi penelitian ini maka disusun sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I : Merupakan bab pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan karya ilmiah dan manfaat dari karya ilmiah ini.
BAB II : Merupakan bab kajian pustaka atau kerangka teori
BAB III : Merupakan bab Metodelogi penelitian yakni biasanya dijelaskan secara rinci mengenai penelitian seperti Jenis Penelitian, Waktu dan tempat penelitian, Sumber data, Tekhnik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : Pembahasan dari karya ilmiah ini yang terdiri dari pengaruh Globalisasi terhadap Kebudayaan di daerah betung Apakah Globalisasi dan kebudayaan itu ? Bagaimanakah Globalisasi dalam kebudayaan tradisional di Indonesia ? Bagaimana perubahan Budaya dalam Globalisas kesenian yang bertahan dan yang tersisihkan ? Bagaimanakah pengaruh Globalisasi terhadap budaya bangsa ? Pengaruh dan dampak yang ditimbulkan Globalisasi Terhadap Masyarakat desa betung ? Tindakan yang mendorong timbulnya Globalisasi dan kebudayaan serta cara Mengantisipasi adanya Globalisasi Kebudayaan
BAB V : Merupakan bab penutup Terdiri dari Kesimpulan dan saran.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Globalisasi dan Budaya
Globalisasi yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa.Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya.Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju.
Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuahproses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradabandunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalamproses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalamproses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing.
Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilakudunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia . Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
B. Globalisasi dalam Kebudayaan Tradisional di Indonesia
Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia.Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah.
Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat.Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi.
Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti..Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan,wilayah geografisnya.Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya.
Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
C. Perubahan Budaya dalam Globalisasi Kesenian Yang Bertahan dan yang Tersisihkan
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar.Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya.Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas.Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka.Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi.Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia.Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi.
Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat.
Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung.Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
D. Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Bangsa.
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia .Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri .Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas.
Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa).
Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta `menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend dilingkungan anak muda.Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal.Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.
E. Pengaruh dan Dampak yang ditimbulkan Globalisasi Terhadapa Masyarakat Abab.
Pengaruh Globalisasi Terhadap jati diri di Kalangan Generasi Muda Abab. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda.Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja.Apa lagi bagi anak muda, internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang berguna. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya.Misal untuk membuka situs-situs porno, bahkan sampai terkena penipuan.Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu hand phone, apalagi sekarang ini mulai muncul hand phone yang berteknologi tinggi.Mereka justru berlomba-lomba untuk memilikinya, tapi kita lihat alat musik kebudayaan kita belum tentu mereka mengetahuinya.Hal ini jika kita lihat dari segi sosial, maka kepedulian terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih kesibukan dengan menggunakan handphone tersebut.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak tahu sopan santun dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan.Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya generasi muda bangsa? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkhis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai jati diri akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki jati diri?
Marilah kita Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia, terima globalisasi dengan rasa kritis dan banyak melakukan hal positif dalam menggunakan globalisasi yang ada sekarang ini.Sebagai masyarakat Indonesia mulai dari sekarang kita utamakan produk dalam negeri dan kenali kebudayaan kita berikut Dampak Positif Globalisasi Terhadap Masyarakat Abab.
1. Dilihat dari aspek globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis, karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara. Jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa jati diri terhadap negara menjadi meningkat dan kepercayaan masyarakat akan mendukung yang dilakukan oleh pemerintahan.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja yang banyak dan meningkatkan devisa suatu negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang dapat menunjang kehidupan nasional dan akan mengurangi kehidupan miskin.
3. Dari aspek globalisasi sosial budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain yang sudah maju untuk meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa serta akan mempertebal jati diri kita terhadap bangsa. Serta kita juga dapat bertukar ilmu pengetahuan tentang budaya suatu bangsa.
Berikut Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Masyarakat Abab
1. Aspek politik, Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya jati diri bangsa akan luntur dan tidak mungkin lagi bangsa kita akan terpecah belah.
2. Aspek Globalisasi ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (mainan, minuman, makanan, pakaian, dll) membanjiri Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya jati diri bangsa kita. Maka hal ini akan menghilangkan beberapa perusahaan kecil yang memang khusus memproduksi produk dalam negeri.
3. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia dimana dilihat dari sopan santun mereka yang mulai berani kepada orang tua, hidup metal, hidup bebas, dll. Justru anak muda sekarang sangat mengagungkan gaya barat yang sudah masuk ke bangsa kita dan semakin banyak yang cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Serta menambah angka pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. Padahal jati diri bangsa kita dahulu mengutamakan Gotong Royong, tapi kita sering lihat sekarang contohnya saja di perumahan / komplek elit, mereka belum tentu mengenal sesamanya. Dari hal tersebut saja sudah tercermin tidak adanya kepedulian, karena jika tidak kenal maka tidak sayang.
Dampak di atas akan perlahan-lahan mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia, Akan tetapi secara keseluruhan aspek dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau luntur.
Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat Indonesia secara global.Apa yang ada di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita.
Bila dilaksanakan belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dilaksanakan akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
F. Tindakan yang Mendorong Timbulnya Globalisasi Kebudayaan dan Cara Mengantisivasi Adanya Globalisasi Kebudayaan
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural.
Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan.Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi.Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan.
Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan.
Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah.
Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut.
Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik.
Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan.Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara masal dan merata.
Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini.Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis.
Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional.Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik dsb.Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan.
Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat.Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat.Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera.Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia .Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar.Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia.
Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah.Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing. Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa.Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa.
Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal.Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing.
Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu. Globalisasi yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa.Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya.Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia .Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri .Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas.
Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa).
B. SARAN
Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu :
1. Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa.
2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya.
3. Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
4. Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative.
5. Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.
6. Terakhir kalinya penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersipat membangun guna lebih bagus lagi.
Langganan:
Postingan (Atom)